Kamis, 03 Desember 2009

wanita dan mimpi-mimpinya

Aku bertemu dia di pinggir pantai berapa tahun yang lalu, wajahnya menatap perahu nelayan yang tengah bersandar. Kudekati dan kusapa dirinya, apa yang dia pikirkan hingga wajahnya tenang. Lalu dia tersenyum dan berkata

" aku bermimpi, aku menyebrangi lautan ini. Aku melaut ke laut lepas, berlabuh di Italia, berkano di Venesia, memandangi keindahan kota yang begitu indah itu". jawabnya

Aku hanya tersenyum mendengar ceritanya, dan dia melanjutkan ceritanya.

" Syukur-syukur punya kesempatan menonton Alexandro del Piero bertanding. Kemudian aku mampir ke negerinya paman Hitler, berjumpa dengan Goethe dan Schiler, dan berpose di serpihan tembok Berlin. atau mungkin saja aku bermain dengan ayam, anjing, kucing dan kuda yang terkenal dari Bremen itu, tahukan?" tanyanya

" ya." jawabku.

" setelah lelah aku kan singgah sejenak di kota yang kata orang kota romantis, kota Paris. berpose di menara Eifel, maklum aku kan narsis, hahahaha" ujarnya sambil tertawa.

" Kemudian apa yang akan kau lalukan setelah melakukan perjalanan itu?" tanyaku

" Bangun, mandi dan berangkat kerja.. hehehehe.. kan cuma mimpi." ujarnya sembari berlari-lari di sepanjang panatai itu.

kamipun berpisah begitu saja.

" Semoga mimpimu terkabul wahai teman." doaku tulus

Beberapa bulan lalu kami bertemu kembali, di gunung tertinggi di Jawa tengah. Tapi kali ini dia yang menegurku dengan keceriaan yang masih tetap sama seperti dulu.

" Hallo teman, masih ingat aku? sapanya

" Tentu saja. Masih bermimpi melaut?" tanyaku

" Hahaha. tidak." ujarnya. " aku ingin tinggal di desa aja

" Kenapa? mimpi lagi?"

" Tidak, ini nyata. Aku tidak ingin melaut lagi. Aku hanya ingin hidup tenang dan damai di sebuah desa yang hijau dan asri. Aku bosan dengan kehidupan di kota besar, penuh polusi dan kamuflase. Aku ingin berkebun dan bertani. Aku ingin membesarkan anak-anakku kelak dengan kehidupan nyata, bukan tipuan dan penuh intrik." ceritanya dengan mata berbinar-binar penuh kebahagian.

Aku tertawa terbahak-bahak mendengar ceritanya. " Sungguh?, kamu seorang gadis yang terbiasa hidup serba enak, instan dan selalu dapat apa yang kau mau. Apa kamu bisa hidup mandiri di desa?, kamu biasa menghambur-hamburkan uangmu untuk barang-barang yang tak jelas, apa kamu bisa hidup sederhana?" tanyaku menatap mata sipitnya.

Mendengar pertanyaanku yang meremehkannya, dia hanya tersenyum.

" Yups. Aku sungguh-sungguh. Aku akan berjuang keras untuk mewujudkannya. Aku tidak ingin ini hanya mimpi sesaat. Aku harus semangat!" dia tersenyum manis dan lagi-lagi berlari turun meninggalkanku di belakang.

Aku hampir saja tidak mengenalinya ketika aku melihatnya kemarin di sebuah jembatan, menatap kali yang keruh warnanya.

" Hai. Ada apa kau termenung di tempat seperti ini. Tempat yang sangat berbeda dari tempat-tempat kita bertemu biasanya. tempat yang jauh dari keindahan."

Dia diam saja. Cahaya matanya begitu redup. Aku merindukan tatapan anak-anaknya.

Kemudian dia menunjukkan keningnya yang luka berdarah.

" Wow! kenapa dengan keningmu? sangat dalam sekali lukanya!

" Aku jatuh dan terantuk, semua yang kuceritakan padamu beberapa bulan lalu ternyata hanya mimpi. Ketika aku tersadar, aku ada dipinggir jurang, sehingga kepalaku terantuk batu yang sangat tajam. Darahnya tak mau berhenti. Begitu perih rasanya. Aku tak ingin lagi bermimpi."

" Kenapa? kata orang kesuksesan itu berawal dari mimpi loh."

" Kalo hingga mengalirkan darah dan berasa sangat pedih begini, rasanya aku jera.. kapooook."

" Lalu?"

" Aku ingin menjadi seperti air di kali ini saja, terus mengalir dengan tenang. Biar saja semua berjalan seperti adanya."

" oh ya? yakin?" Lalu aku menunjukkan sesuatu di kali itu. Tumpukan sampah yang menghambat jalannya air.

" yaaaaa.. tidak mau ah kalo harus berurusan dengan sampah yang bau ini. Dasar orang kota jorok-jorok buang samapah kok di kali. uugh!"

" Wahahahahaha" kamipun tertawa terbahak-bahak

ya Allah jangan buat kami jera untuk bermimpi dan mengejar mimpi kami. Amin


-Fr.N-
Jkt, 19 Okt 2009

re-Post dr FB

Tidak ada komentar:

Posting Komentar