Senin, 07 Desember 2009

Aku dan Api

Ketika aku mau masuk ke dalam rumah itu, banyak yang membunyikan alarm peringatan.

“ Jangan masuk ke dalam!” kata mereka. “ Di dalam begitu panas membara. Apinya berbahaya untuk kau dekati.”

Tapi dengan begitu yakinnya aku berkata, “ Bismillah!, tenang saja teman, aku tidak ingin main-main. Akupun hanya ingin api ini lebih adem. Panasnya api ini harus dihentikan.”

Dengan membaca Basmalah, aku memohon perlindungan kepada Allah dari panasnya sang api.
Karena niat yang tulus, api itu menjadi dingin dan tidak membakar kulitku. Api itu bahkan membuatku tenang dan damai dengan kehangatannya.

Hari berlalu, niat tulusku dan kedekatanku dengan Allah semakin pudar dan terlupa. Rupanya api itu melenakanku. Waktu demi waktu panasnya mulai melukaiku.

Teman-temanku kembali memberi peringatan keras. Tapi aku masih bergeming dan yakin bahwa api itu tidak akan melukaiku.

Aku benar-benar terlena. Untaian doaku semakin berkurang dan terlupa.
Kini api itu benar-benar membakarku luluh lantak. Aku terbakar. Aku terluka parah.
Allah, ampuni aku. KepadaMu aku kan kembali. Kupasrahkan hidupku padaMu.

-Fr. N-
Jkt, 19.10.2009

re-post

Tidak ada komentar:

Posting Komentar