Kamis, 30 Agustus 2012

Catatan Wanita Peduli Leukemia (14-15 Juli 2012)



Dermaga Canti, Lampung selatan. Pertengahan Juli

Menyambut pagi. Tiga puluh tujuh perempuan tiba untuk mengikuti rangkaian acara Wanita Peduli Leukemia, sebuah acara pendakian yang bertujuan memberi dukungan dan semangat kepada penderita kanker khususnya Leukemia, dengan senyum sumringah dan antusiasme tinggi.

Tujuan pertama kami yaitu Sebuku Kecil, pulau kosong yang letaknya tidak jauh dari Pulau Sebesi. Hunting foto sejenak, menikmati indahnya pasir putih, birunya laut dan berburu kulit kerang atau karang – karang cantik yang bertaburan di pinggir pantai pulau cantik ini. Jeprat jepret tak puas – puas wanita – wanita ini bergaya.


Berbagi itu Indah
Selanjutnya kami dibawa ke pulau Sebesi, pulau terbesar yang ada di gugusan kepulauan lampung ini. Pulau yang cukup padat penghuninya. Tujuan utama kami adalah Sekolah Swadipha, sekolah swasta pimpinan Ibu Esti Prasetyo, guna mengantarkan sumbangan buku dan alat tulis yang telah kami himpun dari Jakarta. Melihat kondisi sekolah yang cukup memprihatinkan, dengan sarana belajar seadanya, listrik yang dijatah dan kekurangan guru membuat kami bersyukur karena kami masih dengan mudahnya mengenyam pendidikan di kota kami Jakarta.




Disambut Gempa
Tengah hari begitu seremonial penyerahan sumbangan berakhir, kami lanjut ke tujuan utama kami Anak Gunung Krakatau. Sekitar Tiga jam kami terombang ambing di atas kapal membuat sebagian dari kami yang fobia laut cukup ketar –ketir dan memanjatkan doa, terlebih ketika ombak sedikit nakal mempermainkan kami.





Baru saja kami menginjakkan kaki kami ke atas pasir hangat Anak Gunung Krakatau , terasa bumi bergetar kencang.. aah rupanya begini caranya krakatau menyambut kami. Adrenalin pun merambahi kami secara perlahan. Gempa 4,3 SR, begitu kabar yang kami dengar dari kawan di BMKG.

Dengan segera tenda berdiri dan makan siang pun siap. Berikutnya kami dipersiapkan untuk kembali berlayar menuju kawasan Pulau Panjang guna menikmati keindahahan bawah lautnya.
Jernihnya air laut dan karang – karang yang indah menggoda kami untuk segera menyelaminya. Rasa lelah perjalanan panjang dan ketegangan kami tadi serasa hilang seketika. Hanya keriangan dan canda yang ada saat itu.

Setelah puas bermandikan air laut, kami kembali ke Camp Ground kami Anak Krakatau untuk bersiap – siap acara berikutnya, sharing tentang Leukemia.



Hidup itu Anugerah
Malam terus merambat, namun cuaca semakin semarak dengan hiruk pikuk wanita-wanita tangguh yang riuh dengan masakan dan ceritanya. Tangki perut kami sudah terisi, kami pun siap dengan materi dan acara malam ini

Dua pemateri sudah siap ditengah-tengah kami, Ibu Lydia Dumaiyanti dan Bapak Willy Kasakeyan dari Himpunan masyarakat peduli Elgeka atau cukup disebut ELGEKA, yaitu komunitas pasien Leukemia Granulositik kronik dan Gastro Intestinal Stroma Tumor. Ibu Lydia adalah penderita Leukemia kronis sejak tahun 2007 dan aktiv sebagai sekretaris dan bidang pelayanan pasien dan Pak Willy yang menderita Kanker Usus adalah Ketua II Bidang pelayanan dan Hubungan kedaerahan.

Selain menjelaskan tentang seluk beluk Kanker secara umum dan Leukemia Pak Willy dan Bu Lidya pun menceritakan perjuangan mereka dalam menghadapi Kanker tersebut.
Lydia  Dumaiyanti divonis menderita kanker darah kronis pada  2007 silam. Saat itu dokter mengatakan, kesempatan hidupnya hanya  40 bulan lagi. Jika mengikuti prediksi dokter, Februari lalu maut menjemputnya. Namun Alhamdulillah, perempuan itu hingga kini masih sehat.   “Saya bilang saya kuat tetapi saya mau didampingi oleh orang yang lebih kuat dari saya,” begitu pesannya pada keluarganya disaat dirinya melewati masa – masa krititsnya. Menurutnya dukungan dari keluarga dan pengobatan yang tepat berperan besar bagi dirinya dan para pasien lainnya bertahan dan melewati masa – masa sulitnya. Bahkan Bu Lydia sudah mempersiapkan kondisinya kepada keluarganya apabila saat-saat kritis nanti timbul.

Tidak ada kata sembuh bagi penderita kanker leukemia kronis. Seumur hidup mereka harus minum obat.
“Banyak pasien yang bandel sudah bisa berdiri, jalan, lari, berhenti minum obatnya, kenapa? Kan aku sudah sembuh. Siapa bilang sembuh. Tidak ada yang sembuh. Tetapi kan kita yakin pasti sembuh. Iya yakin, kalau Cuma yakin tidak berobat, sama aja meminta kematian tetap datang.” terangnya. 
Tak beda jauh dari cerita Bu Lydia, Pak Willy pun menceritakan keadaan dirinya dalam menjalani Kanker. Keluarganya yang berperan besar dalam memberikan dukungan dan semangat hidup kepada mereka. Dokter pun mengira umur Pak Willy tak lama lagi. Namun syukur beliau masih bisa aktiv dan terus semangat dan membawa semangat kepada orang – orang yang ditanganinya.

“saya berdoa kepada Tuhan, Tuhan izinkan saya menyaksikan pernikahan anak gadis saya, dan doa itu terkabul. Lalu saya meminta, Tuhan izinkan saya bisa melihat kehadiran cucu saya, dan syukur doa itu pun terkabul.” Ujarnya. “Hidup itu anugerah de, dan kita harus bersyukur karenanya” ujarnya lagi
“ Tak ada yang sia – sia Tuhan berikan kepada kita. Akan selalu ada hikmah yang menyertainya.” Ujar keduanya. Bahkan karena saya penderita Leukemia, saya bisa berada diantara kalian saat ini, melakukan banyak hal yang semuanya baru sekarang saya rasakan. Naik kapal, snorkeling bahkan naik gunung esok. Semuanya begitu menyenangkan. Saya bahagia bersama kalian” terang Bu Lydia lagi

Kami yang awalnya mulai mengantuk kini berasa sangat terharu dengan penjelasan mereka. Banyak pelajaran yang kami petik dari kisah Bu Lydia dan Pak Willy, bahwa hidup itu sangat berharga dan harus kami perjuangkan. Para penderita itu saja begitu mensyukuri hidup mereka, menghapa kami yang masih muda dan sehat walafiat sering kali mengeluhkan hal – hal yang tidak begitu besar.
Begitu Sharing ini berakhir kami kembali segar melihat tumpukan doorprize yang dibawa rekan – rekan panitia. Rasanya baterai energy kami kembali terisi penuh J





Megahnya Anak Gunung Krakatau
Gempa yang berkali-kali menyapa kami tak menyurutkan minat kami padanya. Pagi – pagi sekali kami sudah siap dengan seragam dan slayer yang panitia berikan. Hanya menyibak sedikit pepohonan kami sudah tiba di lautan pasir. Dan Anak Krakatau terlihat megahnya dari kejauhan. Adrenalin dan keringat kami berpadu menciptakan sensasi tersendiri untuk kami pagi ini.
Satu persatu peserta tiba di patok 9, titik teakhir yang diizinkan. Bu Lydia dan Pak Willy jadi bagian diantaranya. Luar biasa kesan kami kepada mereka.






Tak puas-puasnya kami bergaya disana. Kemegan Anak Krakatau dan pulau-pulau hasil pecehan Krakatau purba berapa abad lalu menajdi latar belakang. Indahnya Indonesiaku.
Setelah berapa jam kami disana, akhirnya kami kembali turun ke Camping Ground untuk makan pagi dan bersiap – siap kembali berlayar, snorkeling di Umang – Umang dan kembali ke dermaga Canti untuk terus melanjutkan perjalanan kembali ke Jakarta.

Banyak cara untuk terus berbagi, belajar tanpa kehilangan kesenangan. J


yang kami kenang


ngegames dulu


paling enak neeh,,, yg lain masak, aku yg makan hahah

Schoen


sedikit oleh - oleh dari bawah lau








satu pesut ketangkep :D.. mantaapz

sumber foto :yunai dan akng areev