Kamis, 03 Januari 2013

Bukan Kebetulan


Berita akhir – akhir ini dipenuhi dengan berita kecelakaan putra Hatta Rajasa yang merenggut dua nyawa..  Tanpa maksud membela pihak manapun, Nyawa memang mutlak kepunyaanNya. Kapan pun Dia mau mengambilnya maka terlepaslah dari raga. Membuat teringat kembali beberapa hari lalu menjelang keberangkatanku menuju Cirebon

Jumat lalu, pekan terakhir di 2012, begitu padatnya aktivitas..  dari kerja, kondangan teman dekat, hingga menservis laptop harus bisa terkejar semuanya.. terjebak pula kemacetan parah cakung – T.priok yang membuat ku menyesali karena carrier tak kubawa langsung ke kantor pagi itu.

Tergesa – gesa menelepon Ojek dan cek – cek barang kembali serta berharap Allah melipatgandakan kesabaran Yunai yang selalu tepat waktu.

Bukan kali ini Ojek menjadi tumpuan transportasi buat aku yang tak sabar menghadapi kemacetan dengan angkot, tapi baru kali ini carrier kesayangan Yunai yang spesial ku pinjam kuserahkan ke mamang Ojek sementara aku mencium tangan Ibuku.

Dan tragedi itu pun terjadi…

Entah bagaimana si mamang Ojek memutar motornya, begitu saja Carrier itu meluncur ke Got tetangga dan langsung tenggelam karena beratnya..

Panik.. mencoba membersihkan dengan air namun tak cukup. Dengan cepat mengotori semuaya.
Setelah upaya membersihkan dengan cepat gagal, terpaksa kembali memakai Rucki mungilku yang tentu saja tak cukup menampung semuanya.. Lebih dari sejam waktu terbuang untuk mengganti semua kantung plastik,  tas dan membersihkan diri yang turut berlumpur. >,<

Singkat cerita..

Pukul 10 malam baru tiba di Pulo Gadung, 2 jam Yunai dengan setia menantiku. Sobatku ini memang teruji kesabarannya.

Bus AC terakhir baru saja jalan, dan yang tersisa tinggal bus Ekonomi seadanya.
Macet panjang dan panasnya bus yang super penuh membuat hari itu semakin keki berasa.
Berjam – jam. Bangun tidur bangun masih di tempat yang sama itu rasanya seperti menelan kacang beserta kulitnya.. huft.. magel di tenggorokan.

Dan taraaaa… terlihatlah pada akhirnya sumber kemacetan panjang tersebut. Bus AC jurusan Kuningan yang supirnya sempat kusapa ketika memasuki terminal, bertabrakan dengan mobil dari arah lawan. Tak tahu pasti ada korban jiwa atau tidak, tapi yang jelas kami tidak jadi menjadi bagiannya karena insiden yang mengesalkan beberapa jam sebelumnya. Entah bagaimana kelanjutan cerita hari itu bila kami berada di dalamnya. Syukur langsung kupanjatkan

Dan hari itu,

Aku tersadar bahwa hampir tidak ada yang kebetulan begitu saja. Setiap jalan cerita ada skenario di belakangnya yang kita tidak ketahui.

Memang aku salah tak bisa organisir waktu dengan baik, dan si mamang Ojek pun bisa begitu cerobohnya tanpa perhitungan, namun aku menjadi semakin yakin Allah punya skenario terbaik untuk hamba – hambaNya, dan satu sisi lain malam itu, walau merasa bersalah membuat ibuku turut lelah tapi aku bahagia karena ibuku tahu apa yang kubawa, kemana langkahku hari itu dan mengizinkannya dengan sepenuh hati.. aah ich liebe dich sehr Ema’

Teringat Frank, tamu Jerman yang menarik bibirnya membentuk senyuman untuk mengingatkan aku agar tetap tersenyum ketika jidatku mulai berkerut karena ada hal yang tak sesuai dengan rencana ketika kami ngetrip ke Krakatau bersama dua bulan lalu.

Yeaaah..  walau tak selalu bisa tersenyum 3 jari, tapi kita harus bisa bersikap tenang dan tersenyum bukan. 

Dan pagi ini..

Aku harus minta maaf sama si mamang untuk sikapku malam itu yang mungkin tidak terkontrol. 

Noenk noenk.. harus lebih sabar yaa.. puk puk