Teman-teman saya sudah meninggalkan saya sejak tadi, sibuk dengan kegiatan berikutnya.. ada yang karena harus mengejar kereta, ada juga yang harus mengajar lagi atau ya memang sudah waktunya pulang, bertemu dengan istri tercinta di rumah..
und ich?..
warum bleibe ich noch im Büro?...
ich habe doch Famlie, meine Eltern warten auf mich.. ich liebe sie auch..
aber warum bin ich allein hier?
Allein... allein...
früher,, ich dachte, ich will nicht mögen, wenn ich allein muss.. ich fühle mich Einsamkeit.. jiaaaaaaah.. das ist unmöglich..
ich habe viele Freunden, grosse Familie,,, warum muss ich allein?
Die Zeit antwortet das... SETIAP ORANG PUNYA KESIBUKAN SENDIRI dan kadang ingin punya PRIVASI...
suka tidak suka akhirnya saya mengalami juga masa saat saya harus sendiri..
ternyata saya menikmatinya.. dan saya cukup terkejut akan hal itu..
ich kann geniesse meine Alleinsein.. wenn ich allein waere ich kann schreiben,, ich kann doch viele Buecher lesen,, ich kann auch ein oder mehrere Gedichte, Prosa oder Erzaehlung schaffen
ich habe keine Angst mehr, wenn ich allein muss.. denn ich kann kreativ sein
manchmal denke ich ,, apa saya mulai berubah?.. noenk yang ramai, cerewet, banyak kesibukan.. aber jetz mag sehr die Alleinsein.. und kann nicht so geniessen, wenn es viele Leute gibt???...
loha loha... ich moechte auf Deutsch schreiben.. obwohl mein Deutsch schon kaputt ist.. so... lachen Sie nicht Bitte, wenn Sie viele Fehler finden .. hehehehe
hmmm.. ich bin sehr verwirt mit mein Leben, mit meiner Liebe... argggh
menghitung hari.. detik demi detik..., ich singte ein Lied von Krisdayanti, als er mich anrief, dass er zu mein Haus kommen wurde.. ja. ich wartete auf ihn... von Mittwoch oder Donnerstag (aaah ich habe vergessen) bis Montag.. ich wartete auf Schokolade von ihm...
Ploetzlich... am Montagsmorgen... ting tung.. er schickte mir sms.. "noenk. ich kann nicht dich besuchen, Entschuldigung". oooooh nein... "ich kann am Mittwoch"
obwohl ich sehr enttaeuscht bin, ich versuche zu verstehen...
Montagsabend,, ich rufte ihn an, und........ seine liebe Freundin, die antwortete.. nuing nuing nuing.. cenad cenud... Noeeeeeeeeeeeeeeeeeenk plisss dehw..
er koennte nicht kommen, denn er fliertete.. huhuhuhuhuhu..
ooh mein Schatz.. ich hasse dich sehr.. ngek ngok..
Am Dienstag.. meine Freundin erzaehlte, wenn sie und er Galunggung am Mittwoch steigen wurde... ohh.. tuing tuing
dumm... dumm... dumm... ich warte auf jemanden, der mich nicht schaetzte..
ich argere mich nicht, wenn er das sagte.. aberrrrrrrr er sagte nicht..
aaaaaaaaaaaarrrrrrrggggggggggh... dumm dumm dumm... jetz moechte ich nur auf die Zeit warten...
egal, irgendwas du machst.. ich versuche nur zu verstehen.. und geduldig zu sein,, und warte auf die Zeit..
dumm dumm dumm.. ich kann gute schlaffen und geniessen schmecktes Essen..
kali ini aku ingin membagi kisahku menelusuri keindahan negeriku dari tempatnya dewi anjani bertakhta.. yups.. inilah petualanganku di Rinjani..
Gunung Rinjani adalah gunung yang berlokasi di Pulau Lombok, Nusa Tenggara Barat. Gunung yang merupakan gunung berapi kedua tertinggi di Indonesia dengan ketinggian 3.726 m dpl... (http://id.wikipedia.org/wiki/Gunung_Rinjani)
keinginanku mendaki gunung eksotis ini sebenarnya sudah sejak tiga tahun yang lalu.. pada saat itu aku sudah berencana mendaki bersama sahabatku berpetualang imeh, tapi karena banyak alasan akhirnya semua itu baru terealisasi tahun ini.. Alhamdulillah..
23 September-2 Oktober 2009,, pendakian masal RINJANI 9 Bersama JEJAK ADVENTURE
pertama kali kulihat tanggal itu... hmmm gilaaaaaa,, itukan masih lebaran,. tapi niat seorang petualang nekad mana bisa dihentikan.. ups,, kecuali Allah yang berkehendak tentu saja.
walau hanya sendiri aku tetap putuskan berangkat, toh aku pasti akan mengenal peserta lainnya..
berangkat tanggal 23 sept. pagi dari markas JEJAK, aku masuk kelompok 5 dengan bang ndin, kuplex, deny, iyot dan boim.. aku jadi yang terimut dan yang tercantik tentu saja hehehehe...
singkat cerita... sepanjang hari di bus, dilanjutkan dengan angkot kecil lalu sampai tengah hari di desa awal,, entah apa nama desanya..
Start siang hari selepas Sholat Jumat, panas dan berdebu sempat membuat dag dig dug,. maklum pendakian sebelumnya ke semeru aku nyaris tak tahan.. khawatir menyusahkan.
Tapi ALhamdulillah semua baik2 aja,, bahkan staminaku kurasakan luar biasa..
Medan pertama yang kita tempuh adalah padang sabana yang luas dan berbukit-bukit. Karakteristik alam ini hampir menyerupai Taman Nasional Semeru. Hal inilah yang sempat membuatku merasa bosan dan kurang menikmatinya. Terlebih tanah tandus berdebu disertai panas yang menyengat membuat staminaku cepat terkuras. Hanya di beberapa tempat terhampar rumut ilalang yang lebat.
Semakin menuju arah puncak, medan perjalanan semakin berat kurasa, semakin terjal walau semakin rimbun karena banyak pepohonan tumbuh di sana.
Alhamdulillah setelah menempuh perjalanan yang melelahkan, sampai jg di pelawangan (punggungan gunung) Sembalun Lawang, pos pendakian terakhir sebelum menuju puncak... waaaah banyak sekali monyetnya... grrrr. Di Pelawangan Sembalun Lawang ini kta bisa menyaksikan keindahan Danau Segara Anakan. Mantab.. indah bener.
Cuaca di tempat ini berubah-ubah, kadang bisa diserang angin dingin secara mendadak.. karena inilah ada beberapa tenda yang rusak.
Dinihari, sekitar pukul satu pagi, kami bersiap-siap menuju puncak. segala perbekalan pun dipersiapkan.. angin kencang dan dingin menyambut kami, serasa meruntuhkan semangat kami.. satu demi satu teman-teman mulai berguguran. Alhamdulillah walau diserang rasa lapar dan keletihan dengan perlahan aku tiba juga di puncaknya. walau sayangnya aku hanya bisa melihat sun rise dari lerengnya saja.. waaaaah keren banget,,, Subhanallah... Alhamdulillah.. NikmatMu manakah yang bisa kami dustakan ya Allah..
lelahnya naik membuatku malas beranjak turun.. Pfuuh.. lapar sekali perutku
Hanya berniat main-main perosotan di lereng berpasir, tak sadar kalau jurang menantiku di bawahnya.. Kakiku terus meluncur turun ke bawah,, jika tak ada Bang Icin (sang Ranger Rinjani), tak ada aku lagi di sini menceritakan kisahku...
Dasar pendaki dodol... noenk.. noenk.. Alhamdulillah masih diberi umur.
Selesai membenahi semua perlengkapan, kami melanjutkan perjalanan menuju Danau Segara Anakan, yang medannya tak kalah menegangkan. Para pendaki harus hati-hati menuruni lereng cadas dengan kemiringan berkisar 40-80 derajat, karena bebatuan bisa runtuh begitu saja.
Danau Segara Anakan, dianggap sebagai tempat yang sakral oleh suku Sasak. hal ini dibuktikan ada perayaan adat di tempat tersebut pada waktu tertentu. Mereka menghormati tempat ini sebagai tempat persemayaman dewi Anjani.
Selain dimanjakan oleh pemandangan yang menakjubkan, kita bisa melepas kepenatan dengan memancing di danau atau berendam di kolam air panas yang terletak berapa ratus meter dari danau..
Yang paling mengasyikan, tentunya membakar ikan di pinggir danau. kalau kita tidak berhasil mendapatkan hasil dengan memancing, kita bisa mendapatkan dari penduduk setempat yang memancing di sana...
Di seberang danau terdapat Gunung Baru yang masih aktiv melontarkan laharnya.. suaranya yang sangat jelas terdengar di malam hari itu loh membuat suasana sangat menegangkan.. whust... luar biasa
Setelah seharian di sana, akhirnya kami harus kembali turun untuk menuju peradaban,,, kami turun melalui jalur Torean, karena jalur Senaru di tutup. Pengalaman baru melalui jalur yang luar biasa ini,, 12 jam baru sampai perkampungan.. Pfuh..
Selesai semua pendakian yang meletihkan ini, kami diberi bonus bersenang-senang ke Senggigi dan Bali... saatnya Shoping... yeaahh..
Kulihat anak itu berlari dan terus berlari, bertelanjang kaki menantang panas matahari. Esoknya kulihat dia kembali, masih terus berlari dan berlari. Kucoba dekati dirinya namun tak bisa kukejar. Tubuhnya semakin ringkih dan pucat. Di suatu malam, kulihat dia di berdiam diri di bawah sebuah pohon. Tubuhnya sangat kelelahan, karena terus berlari sepanjang siang.
“kenapa kau selalu berlari di siang hari? Apa kau tidak lelah?” tanyaku
Dia tidak menjawab, hanya matanya yang menatapku tajam
“apa yang sebenarnya kau cari?”, tanyaku kembali
“aku ingin menjauh dari bayanganku, aku benci dia selalu mengikuti. Kegelapannya sangat menyiksaku. Tolong bantu aku menjauhkan dia dari aku.” Jawabnya sambil terisak-isak pilu
“ Bayangan itu bagian dari dirimu teman, biarkan saja dia tetap menjadi bayanganmu.”
“ Tapi kenapa dia harus ada. Dia membuatku bermimpi buruk.”
“ Kita mempunyai bayangan, karena Allah sudah menggariskan itu kepada kita. Kenapa kita harus mengingkari sesuatu yang sudah ditakdirkan untuk kita?”
“ Tolonglah jauhkan dia dari aku.” Pintanya
“ Biarkan dia tetap ada, karena kita tak akan bisa menghindar, sekuat apapun kita berlari. Kalau kau tak suka, janganlah kau menoleh kebelakang. Tataplah jalanmu di depan!” saranku
“ Kadang dia pun ada di depan atau di sisi kita. Aku benar-benar benci dia.”
“ Biarkan saja! Anggap saja dia ada untuk mengingatkan kita akan keberadaannya. Lama-lama kaupun kan terbiasa dengan hadirnya. Lama-lama mimpi burukmu pun pasti kan berlalu.”
Dia diam membisu mendengar saranku, matanya hanya menatap kakinya yang melepuh karena terbakar panasnya aspal jalanan.
“ Aku hanya ingin tidur lelap, tanpa mimpi.” Anak itu meringkuk memeluk tubuhnya serapat mungkin dan tidur dalam lirih.
*** Bayangan itu seperti masa lalu,, sudah berlalu dan biarkan saja tertinggal di belakang. walau harus diakui tidak mudah menyingkirkannya begitu saja,, terutama masa-masa yang begitu menyesakkan dada. Bagaimanapun masa itu adalah bagian dari diri kita yang memang sudah digariskan.
ya Allah bantu kami menjaga hati-hati kami, supaya kami bisa mengikhlaskan yang sudah terjadi dan terlepas dari kami. Sinari hati-hati kami selalu agar kami bisa melihat hikmah dibalik setiap kejadian..
Wahai teman Izinkan aku Pamit Meninggalkan rumahmu dengan damai
Teman... Rawatlah rumahmu Jadikan rumah yang bersih dan indah Bersihkan selalu dari debu-debu yang menempel Jangan biarkan ia menjadi kotor, hitam dan kusam
Hiasilah dengan keindahan Jangan lupa selalu asrikan dengan bunga-bunga nan cantik menawan
Terangilah selalu dengan cahaya Qurani Jangan biarkan menjadi gelap dan suram
Jagalah dari maling yang merusak Pastikan jendela dan pintu tertutup aman Gembok dan kunci pagarnya Pastikan terbuat dari baja murni yang tahan karat Agar tak lagi mudah sembarang orang bisa masuk jangan lupa sandi rahasia tetap terpasang
Teman... Jangan nantikan aku kan kembali Karena akupun tak tahu kapan ku bisa kembali
Aku kan kembali Hanya bila ada yang bisa membuka sandimu Masuk kedalam rumahmu Tanpa mengurangi keindahannya, Memudarkan cahayanya, Mengotori raganya.
Teman... Jangan tunggu aku kan kembali Karena aku pun tak tahu kapan ku bisa kembali Tapi pasti aku kan kembali
Ketika aku mau masuk ke dalam rumah itu, banyak yang membunyikan alarm peringatan.
“ Jangan masuk ke dalam!” kata mereka. “ Di dalam begitu panas membara. Apinya berbahaya untuk kau dekati.”
Tapi dengan begitu yakinnya aku berkata, “ Bismillah!, tenang saja teman, aku tidak ingin main-main. Akupun hanya ingin api ini lebih adem. Panasnya api ini harus dihentikan.”
Dengan membaca Basmalah, aku memohon perlindungan kepada Allah dari panasnya sang api. Karena niat yang tulus, api itu menjadi dingin dan tidak membakar kulitku. Api itu bahkan membuatku tenang dan damai dengan kehangatannya.
Hari berlalu, niat tulusku dan kedekatanku dengan Allah semakin pudar dan terlupa. Rupanya api itu melenakanku. Waktu demi waktu panasnya mulai melukaiku.
Teman-temanku kembali memberi peringatan keras. Tapi aku masih bergeming dan yakin bahwa api itu tidak akan melukaiku.
Aku benar-benar terlena. Untaian doaku semakin berkurang dan terlupa. Kini api itu benar-benar membakarku luluh lantak. Aku terbakar. Aku terluka parah. Allah, ampuni aku. KepadaMu aku kan kembali. Kupasrahkan hidupku padaMu.
Seekor kupu-kupu terbang mengepakkan sayapnya Bebas kemanapun dia suka Tidak terikat, ceria dan bahagia Hinggap di bunga manapun yang dia inginkan Bunga-bunga cantik nan indah yang terawat Atau bunga-bunga yang tumbuh liar di pegunungan Bernyanyi riang, menari dan bermain bersama Mengecap madu manapun yang dia suka
Suatu waktu, dia terbang di atas pegunungan gersang Tak ada pohon dan ilalang yang tumbuh Hanya debu dan pasir
Ketika sudah lelah berputar-putar Si kupu-kupu melihat ada satu bunga yang tumbuh di sana Bunga yang aneh, liar dan sangat terasing Kelopaknya begitu ramai penuh warna Dari warna gelap hingga warna terang benderang Benar-benar kontras dengan suasana sekitarnya Membuat tampak angkuh dan arogan
Perlahan tapi pasti sang kupu-kupu datang mendekati Mencoba menegur sapa dan mengumbar senyum penuh makna Tapi sang bunga diam tanpa kata Asik memandangi gunung yang kokoh menjulang
Nyanyian, rayuan coba dikeluarkan Sang bunga tetap bergeming Asik membelai kelopaknya yang berwarna merah Mencoba menyingkirkan yang berwarna hitam
Dengan gigih sang kupu-kupu dapat mendekati Perlahan tapi pasti kelopak bunga terbuka lebar menyambut
Bunga merasa nyaman dengan keberadaan kupu-kupu Kupu-kupu pun senang dengan sang bunga Janji demi janji, doa demi doa pun teruntai
Duri demi duri tumbuh di tubuh sang bunga Kelopak hitamnya tumbuh kian banyak Kupu-kupu terkejut Merasa pengap, tecekik dan terikat
Kupu-kupu ingin tebang lagi Membuat janji pada sang bunga jika ia akan kembali
Terbang, bebas dan lepas di udara Bernyanyi dan bertemu banyak bunga yang rupawan Kupu-kupu pun bingung Akankah ia kembali pada sang bunga Sementara di luar banyak bunga-bunga yang jauh lebih indah.
Kulukis mimpi di sana Dengan berbagai warna yang indah Ungu, biru hingga jingga Segala yang kumau tersedia Dari pangeran hingga istana Kulukis dengan bahagia dan ceria Tapi semua selalu tak bersisa Hilang dalam hampa
Hari itu kutertidur lelap sekal. Seperti biasa sebelumnya kupastikan rumahku sudah kukunci rapat. Lalu ada yang datang mengetuk-ngetuk minta dibukakan pintu .
“ Tak terima tamu. Mengganggu tidur saja!” usirku dan akupun tidur lelap kembali.
Esoknya datang lagi yang lain, mengetuk lebih kencang dan lantang. Aku tetap tak perduli tidurpun terus berlanjut. Gangguan terus datang lagi , lagi dan lagi semakin rusuh dan gaduh. Akupun tetap acuh.
Kemudian dia datang perlahan dan hati-hati, mengetuk halus pagar rumahku. Seperti biasa kucoba acuhkan. Tapi dia tidak pernah bosan, dating lagi dan lagi. Ah akhirnya kubuka pagar rumahku, cukuplah di teras saja, diapun tak akan tahan, pikirku. Bukannya pergi karena kuacuhka, dia malah mencoba masuk ke dalam rumah.
“ Tak cukupkah hingga di teras?” tanyaku. “ aku tak akan bisa menemanimu. Sudahlah pergi saja!” bujukku halus.
Akupun terus berlalu meninggalkan dirinya. Namun rupanya dia tak menyerah, akhirnya akupun pasrah.
Kubuka rumahku lebar-lebar mempersilahkan dia singgah. Hanya singgah sesaat dan akhirnya diapun lelah. Begitu yang kuinginkan saat itu. Tapi dia tak hanya singgah melainan tinggal. Perlahan tapi pasti kunyaman dan terbiasa dengannya. Rumahku tak lagi sunyi. Senyap. Kini rumahku menjadi ceria dan penuh warna. Bunga-bungapun tumbuh bermekaran di taman. Hidupku benar-benar luar biasa kini.
“ Dimanakahku kini?”. Terkaget-kaget ku terbangun
Ups.. ternyata aku masih terduduk di ranjangku. Kutatap seisi kamarku, mencari pembuktian dan pembenaran atas semua peristiwa. Tapi semua tetap sama dan tak berubah. Akupun mulai nanar dan gelisah.
“ Mimpikah aku?” ratapku dalam gelap.
“ Ya Allah,, apalagikah ini?”, panikku mengaburkan logikaku. “jangan biarkan aku terbawa hanya dalam mimpi semu. Jadikan ini nyata kalau dia yang terbaik untukku.” doaku
Sunyi... Dia datang menemuiku saat itu Mencumbuku dengan mesranya di tanah kering berpasir Membelaiku diantara bebatuan rapuh lereng Semeru Tak menghiraukan jurang-jurang yang menarikku masuk perangkap
Sunyi... Membisikiku rayuan mesra Masuk menerobos hatiku yang sedang kering haus dahaga Merobohkan dinding-dindingnya yang sudah merapuh Menghancurkan pagar-pagarnya yang mulai hancur dimakan karat
Sunyi... Kucoba usir dirinya sejauh mungkin kubisa Kuhangatkan diriku dengan lelehan si manis kegemaran para dewa Meresapinya lumer hingga ke relung terdalam
Sunyi... Terus saja merayu dan menggodaku Membangkitkan hasratku akan dia yang disana Memancing sang rindu berwujud dalam angan Menghempaskan selimut kabut jatuh terjerembab
Sunyi... Mengapa kau datang saat ini Saat matahari bersinar dengan indahnya Saat gunung-gunung menari dihamparan surgawi
Allah.. Jauhkan sunyi itu dari jiwaku
Allah... Kuingin kehangatan yang datang menemuiku Menemaniku dengan dirinya Bercengkrama di kala senja Merajut benang-benang kehidupan Menari menyambut Fajar berseri..
Kesepian.. gambaran pekerjaan terbayang namun sulit dilakukan, ada hambatan namun belum diruntuhkan,,,
Kerinduan.. angan melayang-layang bebas tanpa hambatan mencari, meyusuri dari benak yang terdalam terus menerobos tanpa tujuan mencari yang tersayang..
sedih diam sendiri merindukan kekasih yang tak pernah datang tuk berbagi
cinta mengundang banyak tanya menjamu airmata berbagi dengan nestapa
senyuman kadang tulus kadang kamuflase hanya topeng belaka penutup sang duka
benci aaah apalah itu benci rasa tak pantas tuk dihayati hanya perasaan tuk merugi sungguh tak berarti
cinta dan benci tipis berbeda hanya yang kuat, bijak dan merendahlah yang mampu membeda
-N- Jkt,, 26.06.09
hanya sebuah coretan yang mungkin tak bermakna tuk pembaca,,, hanya keluhan yang keluar diwaktu sepi dari sebiuah kerinduan..
Allah... Kuseret berat langkah ini membawa busuknya luka berdarah benanah perih tak bertepi Luka yang terus basah karena terus kusiram dengan cuka kehidupan
Allah... Terseok-seok ku melangkah menujuMU Menahan perih luka tak berperi Menahan derasnya darah merembesi pori-pori kehidupan
Allah... Jangan biarkan luka-luka ini terus basah dan membusuk Menebarkan aroma bangkai ke seluruh penjuru
Allah... Susah payah ku keringkan luka ini Belumlah kering namun kini basah lagi Semakin parah, dalam dan bau saja luka ini Basah kuguyur dengan sesuatu yang kupikir madu Madu yang bisa jadi obat dari luka-luka ini Tapi justru hanya kamuflase dari pahitnya sang racun
Allah... Kuseret luka-luka yang semakin berat kupikul Yang entah kapn bisa kukeringkan Yang aromanya saja bisa membunuh lalat-lalat yang hinggap Yang perihnya tak berperi
Allah... Kuseret berat luka-lukaku Mengharap madu sebagai penawar luka Madu benar-benar madu, bukan lagi kamuflase Madu yang manisnya memaniskan dunia..
Aku bertemu dia di pinggir pantai berapa tahun yang lalu, wajahnya menatap perahu nelayan yang tengah bersandar. Kudekati dan kusapa dirinya, apa yang dia pikirkan hingga wajahnya tenang. Lalu dia tersenyum dan berkata
" aku bermimpi, aku menyebrangi lautan ini. Aku melaut ke laut lepas, berlabuh di Italia, berkano di Venesia, memandangi keindahan kota yang begitu indah itu". jawabnya
Aku hanya tersenyum mendengar ceritanya, dan dia melanjutkan ceritanya.
" Syukur-syukur punya kesempatan menonton Alexandro del Piero bertanding. Kemudian aku mampir ke negerinya paman Hitler, berjumpa dengan Goethe dan Schiler, dan berpose di serpihan tembok Berlin. atau mungkin saja aku bermain dengan ayam, anjing, kucing dan kuda yang terkenal dari Bremen itu, tahukan?" tanyanya
" ya." jawabku.
" setelah lelah aku kan singgah sejenak di kota yang kata orang kota romantis, kota Paris. berpose di menara Eifel, maklum aku kan narsis, hahahaha" ujarnya sambil tertawa.
" Kemudian apa yang akan kau lalukan setelah melakukan perjalanan itu?" tanyaku
" Bangun, mandi dan berangkat kerja.. hehehehe.. kan cuma mimpi." ujarnya sembari berlari-lari di sepanjang panatai itu.
Beberapa bulan lalu kami bertemu kembali, di gunung tertinggi di Jawa tengah. Tapi kali ini dia yang menegurku dengan keceriaan yang masih tetap sama seperti dulu.
" Hallo teman, masih ingat aku? sapanya
" Tentu saja. Masih bermimpi melaut?" tanyaku
" Hahaha. tidak." ujarnya. " aku ingin tinggal di desa aja
" Kenapa? mimpi lagi?"
" Tidak, ini nyata. Aku tidak ingin melaut lagi. Aku hanya ingin hidup tenang dan damai di sebuah desa yang hijau dan asri. Aku bosan dengan kehidupan di kota besar, penuh polusi dan kamuflase. Aku ingin berkebun dan bertani. Aku ingin membesarkan anak-anakku kelak dengan kehidupan nyata, bukan tipuan dan penuh intrik." ceritanya dengan mata berbinar-binar penuh kebahagian.
Aku tertawa terbahak-bahak mendengar ceritanya. " Sungguh?, kamu seorang gadis yang terbiasa hidup serba enak, instan dan selalu dapat apa yang kau mau. Apa kamu bisa hidup mandiri di desa?, kamu biasa menghambur-hamburkan uangmu untuk barang-barang yang tak jelas, apa kamu bisa hidup sederhana?" tanyaku menatap mata sipitnya.
Mendengar pertanyaanku yang meremehkannya, dia hanya tersenyum.
" Yups. Aku sungguh-sungguh. Aku akan berjuang keras untuk mewujudkannya. Aku tidak ingin ini hanya mimpi sesaat. Aku harus semangat!" dia tersenyum manis dan lagi-lagi berlari turun meninggalkanku di belakang.
Aku hampir saja tidak mengenalinya ketika aku melihatnya kemarin di sebuah jembatan, menatap kali yang keruh warnanya.
" Hai. Ada apa kau termenung di tempat seperti ini. Tempat yang sangat berbeda dari tempat-tempat kita bertemu biasanya. tempat yang jauh dari keindahan."
Dia diam saja. Cahaya matanya begitu redup. Aku merindukan tatapan anak-anaknya.
Kemudian dia menunjukkan keningnya yang luka berdarah.
" Wow! kenapa dengan keningmu? sangat dalam sekali lukanya!
" Aku jatuh dan terantuk, semua yang kuceritakan padamu beberapa bulan lalu ternyata hanya mimpi. Ketika aku tersadar, aku ada dipinggir jurang, sehingga kepalaku terantuk batu yang sangat tajam. Darahnya tak mau berhenti. Begitu perih rasanya. Aku tak ingin lagi bermimpi."
" Kenapa? kata orang kesuksesan itu berawal dari mimpi loh."
" Kalo hingga mengalirkan darah dan berasa sangat pedih begini, rasanya aku jera.. kapooook."
" Lalu?"
" Aku ingin menjadi seperti air di kali ini saja, terus mengalir dengan tenang. Biar saja semua berjalan seperti adanya."
" oh ya? yakin?" Lalu aku menunjukkan sesuatu di kali itu. Tumpukan sampah yang menghambat jalannya air.
" yaaaaa.. tidak mau ah kalo harus berurusan dengan sampah yang bau ini. Dasar orang kota jorok-jorok buang samapah kok di kali. uugh!"
" Wahahahahaha" kamipun tertawa terbahak-bahak
ya Allah jangan buat kami jera untuk bermimpi dan mengejar mimpi kami. Amin
dalam diamku kulihat wajahmu sejelas kurasa matahari membakar kulitku tak dapat kusentuh tapi dapat kurasakan hadirmu
pengaruhmu sungguh dalam berbekas seperti halnya matahari yang meninggalkan hitam dapat menghangatkan dan menyinari namun teriknya bisa sungguh menyakitkan
sejauh ku berlari sejauh itu pula kau hadir untukku sejauh itu pula kubutuh dirimu
wahai cinta
tetaplah hadir untukku menemaniku sepanjang waktu sehingga bunga-bunga terus tersenyum padaku burung-burung pun bernyanyi untukku dan matahari berasa hangat di kulitku..
Gunung Slamet, gunung tertinggi di Jawa tengah yang mempunyai ketinggian 3432m ini sebenarnya bukanlah gunung pertama yang kudaki. Ini adalah pendakian yang kedua setelah aku vakum hampir tiga tahun setelah pendakian pertamaku di gunung gede pada 21 April 2006 lalu. Walau yang kedua, tapi di atas gunung inilah awal aku mengukir sebuah kisah yang akan menjadi kisah luar biasa dalam hidupku. Kisah pertama dalam hidupku yang penuh warna dan penuh rasa.
Tanggal 16-18 Januari 2009, aku bersama sahabatku Siti Fatimah (Imeh), wanita perkasa dan tangguh yang ku kenal dan menjadi rekan setimku pada saat pendakian kartini tiga tahun lalu, melakukan pendakian ke Gunung Selamet bersama FKPAB (Forum Komunikasi Pecinta Alam Brebes). Info ini kami dapatkan dari Jabar atau Jabrix, seorang teman yang kami kenal saat napak tilas di Kendal. Salah satu yang menyenangkan dari perjalanan seperti ini adalah akan mengenal banyak teman-teman baru yang akan mengantarkan pada petualangan-petualangan baru, dan tentu saja teman-teman baru lagi. Banyak teman banyak saudara… yippiii
Setelah siap dengan perlengkapan yang hampir seluruhnya hasil pinjaman, maklum sebelumnya ngga pernah mikirin perlengkapan beginian hehehehe…danke ya Ade, yang bersedia meminjamkan SB n matrasnya …
Aku berangkat dari stasiun Jatinegara dengan Jabrix, setelah banyak membuat orang tersenyum karena cewe imut kok manggulin tas segede itu…dan bertemu dengan imeh dan babeh di stasiun cikampek.. yeaaaa siap euy!
Sesampainya di Brebes, di tempat start, ku terkejut dengan kenyataan yang ada..hampir semua pendaki yang ikut serta, ternyata bukan pendaki amatiran. Mereka adalah pendaki-pendaki asal Brebes yang dikumpulkan kembali. Jiaaah gawat nih! Bisa-bisa aku jadi yang ternyusahin neh…
Yang penting nekaaaaad!!!
Rute yang kami tempuh yaitu rute Kaligoa, konon katanya ini bukan jalur umum pendakian, karena treknya yang lumayan berat dan sulit dijangkau. Hmmm… mantab bener untuk pemula kaya aku…
Setelah sempat ganti truk, akhirnya kami tiba di puncak syakub. Pemandangan luar biasa menyambut kami.Sejauh mata memandang hanya ada perbukitan hijau… menyegarkan mata… Subhanallah!
Setelah berjalan beberapa jam ditemani hujan yang terus mengguyur, kami mendirikan tenda di sepanjang jalur,. Baru kali ini ngecamp kok masih sore, pikirku. Ternyata hanya itu tempat yang memungkinkan untuk memasang tenda, karena tempat perhentian berikutnya membutuhkan beberapa jam lagi perjalanan dengan medan yang cukup berat, sehingga akan beresiko bila diteruskan.
Ternyata tempat yang kami singgahi malam itu, menurut sang kuncen, merupakan salah satu tempat yang cukup keramat. Beberapa puluh meter dari sana ada tempat yang bernama “sumur pengantin”, tempat yang sering dikunjungi untuk melakukan “ritual-ritual” tertentu baik untuk mencari jodoh, atau untuk mendapatkan harta dengan mudah, (Naudzubillah…). Karena itulah tempat itu menjadi tempat kegemaran para makhluk laknatullah.
Binatang liar pun masih suka berkeliaran di sana. Beberapa teman melihat babi hutan tidur. Bahkan salah satu teman, konon katanya dikunjugi sepasang macan (katanya sih bukan macan sungguhan,, so….) grrrr.. iiih serem…tapi karena berita ini saya dengar dari mulut ke mulut bukan langsung dari yang bersangkutan, jadi ya entahlah kebenarannya… untung selama bermalam aku tidak tahu, coba kalau tahu.. uuuh bisa-bisa tidak kemana-mana deh,, ngumpet di tenda. hahahaha
Sampai malam pertama ini, semua masih baik-baik saja, walau kepayahan dengan beban dan medannya..ssssttt.. bocoran neh, karena para teman-teman begitu baik hatinya, mereka tidak mengizinkan aku membawa carrier aku itu loh,, hehehehe. Ngedaki apa jalan-jalan neng.. tapi sungguh itu bukan kemauan aku.. (walau seneng ^_^)
Jalanan semakin curam dan berat, terus menanjak dan basah karena hujan. Alhamdulillah walau basah kuyup begitu sampai juga di campkedua. Disinilah kami merasakan semakin kenal satu dengan yang lain. Makan bersama, api unggun bareng.. malam yang “hangat”. Terutama dengan kelompok Guriztpala, kelompok gila yang kerjanya ngegurizin makanan orang,. Serta kelompoknya icos, arif, mas’ud (yang mengikhlaskan sarungnya untuk aku), yang entah di mana kalian, yang hobi banget ngecengin aku, yang sempat juga terkaget-kaget melihat betapa bodohnya perempuan yang satu ini masak,tapi tetep aja masakan aku dimakan hehehehe..
Hujan tidak mau berhenti jua, bahkan semakin deras. Hingga akhirnya rencana naik ke puncak dibatalkan panitia.. uuugh Bt!!
Tapi karena melihat guriztpala nekad ngeluyur terus menaiki puncak, aku dan imeh nekad juga menyusul. Tapiiii bodohnya, aku pakai sandal jepit. Berdiri aja sering engga seimbang, menaiki lereng seterjal, basah dan licin kok pakai sandal jepit.. tapi untung ada yang bersedia menuntun naik dan turun .. berasa nenek jompo hihihihi… tapi karena badainya tidak mereda, kami hanya bisa berfose manis di lerengnya.. hiks.. mudah-mudahan akan ada kesempatan lain untuk bisa nangkring di puncak sana.. amin.
Perjalanan turun ternyata tidak juga mudah.. karena merasa paling amatir, saran dan nasehat teman aku terima, termasuk melepaskan sepatuku yang dianggap licin dan menyusahkan jalan. Tindakan bodooooh yang akhirnya memperburuk keadaan… dan inilah yang menjadi awal kisah warna-warni hidupku berikutnya.
Susah payah menurunicuramnya jalan basah tanpa alas kaki, setelah sandal jepit pun tak sanggup dan menyerah sedangkan sepatuku dibawa lari sang pemberi saran.. aarggh… wandas gilaaa
Gedubrak… gabruk… jatuh bangun, sampai tak tahu lagi apa yang ada dipikiranku saat itu.. ditambah lagi beban carrierku yang semakin berasa berat. Teman-teman menawarkan bantuannya padaku, tapi mana seru kegunung tidak bawa carrier.. apalagi waktu naik sudah dibawakan. Punggung dan kakiku sudah berasa kebas karena terlalu sering jatuh. Uugh tapi semangatku tak pupus.
Tiba-tiba ada satu sosok jelek dan aneh yang memaksaku untuk melepas carrierku. Seperti dengan yang lain , aku pun menolaknya. Tapi dasar keras kepala, dia malah ngomel-ngomel. Akhirnya dengan kesal kuberikan saja.. ugh.. ditolong kok malah berasa kesal yaks.
Sepanjang perjalanan turun aku bersama si jelex dan temannya. Walau kesal, tapi berasa aman karena ada dua bodyguard yang mendampingi.. wahahaha
Selesai pendakian, aku, imeh dan babeh mampir menyempatkan diri untuk menikmati kota Brebes.
Gunung Slamet inilah yang menjadi saksi perjumpaanku dengan seseorang yang menjadi pertama. Yang pertama berhasil mendobrak keangkuhan kewanitaanku, yang pertama membuatku yakin akan sesuatu, yang pertama berhasil mewarnai hidupku dari warna pelangi hingga warna hitam pekat, yang pertama berhasil membuatku sibuk bertanya dengan resep-resep masakan rumah, walau belajar mah belum juga ^_^, yang pertama membuatku sadar kalau aku tetaplah wanita, yang pertama membuatku mengukir namanya di salah satu puncak gunung di Indonesia, yang pertama membuatku berani bermimpiwalau akhirnya direnggutnya kembali, yang membuatku mencoba berhenti untuk tidak kebut-kebutan lagi walau sekarang gelonya kambuh lagi, yang pertama membuatku berani mengatakan aku sayang padamu, yang pertama mengukirkan luka yang perihnya entah kapan ditemukan obatnya (mudah2an ini juga yang terakhir)… yang pertama membuatku berharap yang pertama yang terakhir.
Slamet yang masih ingin kudaki karena belum kutemui puncaknya.Terimakasih ya Allah telah menjadikan Slamet menjadi bagian dari kisah hidupku.
Senandung rindu tercipta untuk dia yang terkasih Yang telah membangkitkan raga sang dara Yang melukiskan awan di hati sang perawan Yang menorehkan luka dalam menganga, satu lubang tanpa dasar Yang menghembuskan nafas cinta dari pucuk ubun-ubunku Lalu menariknya kembali dalam satu tarikan panjang melalui jantungku
Senandung rindu ku persembahkan untuk dia Yang melukiskan ribuan pelangi Yang menaburkan jutaan bintang Yang menyenandungkan puisi-puisi cinta karya para pujangga Yang menorehkan ukiran-ukiran mimpi Yang menggoreskan pahatan-pahatan kasar di atas kanvas tak berwarna Serta menjatuhkan awan hitam tanpa hujan
Senandung rindu tercipta untuk dia yang terkasih Sebagai pengingat akan sebuah kisah Sebagai penaut antara dua kasih Sebagai bukti, sayap-sayapku tak patah juga rapuh
Senandung rindu mengepakkan sayap-sayapku terbang tinggi Membentang luas siap menyanggamu wahai jiwa yang letih
Wahai jiwa yang haus dan rapuh Aku di sini dan masih tetap di sini Menyerahkan bahuku untuk kau sandari Menyerahkan hatiku untuk kau huni Ketika akhirnya kau lelah berkelana Ketika akhirnya kau tersandung perih Ketika kau tersadar dan merindukan damai
Wahai cinta… Aku masih di sini menyenandungkan Senandung Rindu untukmu
-Fr. N- 29 November 2009, dari atas mioku dalam perjalanan bogor-priuk yang panjang dan meletihkan.