Kamis, 04 Oktober 2018

Fitrah Seksualitas #Day9

Resume Presentasi Kelompok 6 (Mommies Six Asyiikkk)

Tema: Peran Orang Tua dalam Menumbuhkan Fitrah Seksualitas Anak 

Apa itu Fitrah Seksualitas? 
Pendidikan Seksualitas 
Fitrah Based Education 
Peran Ayah 
Peran Ibu 
Kesalahan yang biasa terjadi 
Solusi dari kesalahan 

Apa itu Fitrah Seksualitas? 

Mengenalkan anak bagaimana bersikap, berpikir, dan merasa seperti gendernya. Yaitu bagaimana seorang lelaki berfikir, bersikap, bertindak, merasa sebagaimana lelaki Juga bagaimana seorang perempuan berfikir, bersikap, bertindak, merasa sebagai seorang perempuan.

Prinsip Fitrah Seksualitas

Prinsip 1 : Fitrah Seksualitas memerlukan kehadiran, kedekatan, kelekatan Ayah dan Ibu secara utuh dan seimbang sejak anak lahir sampai usia aqilbaligh (15 tahun)
Prinsip 2 : Ayah berperan memberikan Suplai Maskulinitas dan Ibu berperan memberikan Suplai Femininitas secara seimbang. Anaklelaki memerlukan 75% suplai maskulinitas dan 25% suplai feminitas. Anak perempuan memerlukan suplai femininitas 75% dan suplai maskulinitas 25%.
Prinsip 3 : Mendidik Fitrah seksualitas sehingga tumbuh indah paripurna akan berujung kepada
tercapainya Peran Keayahan Sejati bagi anak lelaki dan Peran Keibuan sejati bagi anak perempuan. Buahnya berupa adab mulia kepada pasangan dan anak keturunan.

Pendidikan Seksualitas 

Menurut Ustadz Bendri Jaysurrahman, Islam membuat patokan bahwa pendidikan seksualitas terkait dengan terpenuhinya tiga hal :
a. Seksualitas yang benar, tentu patokannya adalah Syari’ah, yaitu bagaimana perilaku orang lakilaki secara AlQur’an dan Sunnah. Bagaimana mengajarkan anak sesuai dengan kaidah Syari’ah yang tidak boleh kita meniru cara-cara Barat yang diharamkan. Contohnya, cara Barat apabila seorang ayah ingin mengajarkan tentang laki-laki, khususnya tentang organ kemaluan, maka si bapak mengajak anak laki-lakinya untuk mandi bersama. Telanjang bersama, lalu ditunjukkan kemaluan, ini namanya ini, fungsinya ini, dan seterusnya. Yang demikian itu sangat bertentangan dengan ajaran dan adab Islam, di mana seorang anak laki-laki yang mumayyis (sudah bisa membedakan antara kanan dan kiri), maka ia sudah punya adab terhadap orangtuanya. Bahkan seorang anak untuk masuk ke kamar orangtuanya saja harus mengetuk pintu terlebih dahulu. Tidak sembarangan. Itulah salah satu patokan pendidikan dalam Islam.
b. Seksualitas yang sehat, yaitu berkaitan dengan faktor kesehatan. Bagaimana disunahkan laki-laki untuk ber-khitan, terkait dengan fungsi kesehatannya. Dan itulah salah satu yang diajarkan dalam Islam.
c. Seksualitas yang lurus, artinya sesuai dengan fitrahnya. Jangan sampai ada anak laki-laki badannya gempal, berotot, tetapi gayanya seperti orang perempuan (maho, homo). Dompetnya-pun berwarna pink. Dst.

Fitrah adalah sejenis software yang diberikan oleh Allah subhanahu wata’ala kepada seorang anak. Berbeda dengan pemahaman orang Barat yang menyatakan bahwa anak itu ibarat kertas putih, tinggal orangtuanya yang mengisinya. Sedangkan dalam Islam, seorang bayi sudah mempunyai programsoftware, sudah ada fitrahnya, pertama ia (bayi) itu Islam. Lihat Al-Qur’an Surat Al A’raaf ayat 172:
Dan (ingatlah), ketika Tuhanmu mengeluarkan keturunan anak-anak Adam dari sulbi mereka dan Allah mengambil kesaksian terhadap jiwa mereka (seraya berfirman): “Bukankah aku ini Tuhanmu?” mereka menjawab: “Betul (Engkau Tuhan kami), Kami menjadi saksi“. (kami lakukan yang demikian itu) agar di hari kiamat kamu tidak mengatakan: “Sesungguhnya Kami (Bani Adam) adalah orang-orang yang lengah terhadap ini (keesaan Tuhan)”
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Setiap kalian adalah pemimpin dan akan dimintai pertanggungjawaban atas kepemimpinannya. Seorang imam adalah pemimpin dan akan dimintai pertanggunjawabannya dan demikian juga seorang pria adalah seorang pemimpin bagi keluarganya dan akan dimintai pertanggungjawaban atas kepemimpinannya.” (HR. Bukhari: 2278). 

Di dalam Al-qur’an kisah percakapan ayah dengan anaknya ada 14 kali dibandingkan dengan ibu yang hanya 2kali. Para ayah harus berdialog dan memiliki keakraban serta komunikasi yang baik dengan anak-anak. Bahkan penting sekali seorang ayah berdialog kepada anak melalui nasehat pada tulisan. Abdullah bin Umar radhiallahu ‘anhuma berkata, “Didiklah anakmu, karena sesungguhnya engkau akan dimintai pertanggungjawaban mengenai pendidikan dan pengajaran yang telah engkau berikan kepadanya. Dan dia juga akan ditanya mengenai kebaikan dirimu kepadanya serta ketaatannya kepada dirimu.” (Tuhfah al Maudud hal. 123)

Fitrah Based Education 

Menurut buku Fitrah Based Education karangan Ust. Harry Santoso tentang fitrah seksualitas, pada usia 0-2 tahun, anak lelaki dan perempuan didekatkan pada ibunya karena ada fase menyusui, di usia 3 – 6 tahun anak lelaki dan anak perempuan harus dekat dengan ayah ibunya agar memiliki keseimbangan emosional dan rasional apalagi anak sudah harus memastikan identitas seksualitasnya sejak usia 3 tahun. Kedekatan paralel ini membuat anak secara imaji mampu membedakan sosok lelaki dan perempuan, sehingga mereka secara alamiah paham menempatkan dirinya sesuai seksualitasnya, baik cara bicara, cara berpakaian maupun cara merasa, berfikir dan bertindak sebagai lelaki atau sebagai perempuan dengan jelas. Ego sentris mereka harus bertemu dengan identitas fitrah seksualitasnya, sehingga anak di usia 3 tahun dengan jelas mengatakan "saya perempuan" atau "saya lelaki". Bila anak masih belum atau tidak jelas menyatakan identitas gender di usia ini (umumnya karena ketiadaan peran ayah ibu dalam mendidik) maka potensi awal homo seksual dan penyimpangan seksualitas lainnya sudah dimulai. Ketika usia 7 - 10 tahun, anak lelaki lebih didekatkan kepada ayah, karena di usia ini ego sentrisnya mereda bergeser ke sosio sentris, mereka sudah punya tanggungjawab moral, kemudian di saat yang sama ada perintah Sholat. Maka bagi para ayah, tuntun anak untuk memahami peran sosialnya, diantaranya adalah sholat berjamaah, berkomunikasi secara terbuka, bermain dan bercengkrama akrab dengan ayah sebagai aspek pembelajaran untuk bersikap dan bersosial kelak, serta menghayati peran kelelakian dan peran keayahan di pentas sosial lainnya.

Begitupula anak perempuan didekatkan ke ibunya agar peran keperempuanan dan peran keibuannya bangkit. Ibu harus jadi wanita pertama hebat yang dikenang anak-anak perempuannya dalam peran seksualitas keperempuanannya. Ibu pula orang pertama yang harus menjelaskan makna konsekuensi adanya Rahim dan telur yang siap dibuahi bagi anak perempuan. Jika sosok ayah ibu tidak hadir pada tahap ini, maka inilah pertanda potensi homoseksual dan kerentanan penyimpangan seksual semakin menguat.

Lalu bagaimana dengan tahap selanjutnya, usia 10 - 14? Nah inilah tahap kritikal, usia dimana puncak fitrah seksualitas dimulai serius menuju peran untuk kedewasaan dan pernikahan. Di tahap ini secara biologis, peran reproduksi dimunculkan oleh Allah Subhanahu wa Ta'ala secara alamiah, anak lelaki mengalami mimpi basah dan anak perempuan mengalami menstruasi pada tahap ini. Secara syahwati, mereka sudah tertarik dengan lawan jenis. Maka agama yang lurus menganjurkan pemisahan kamar lelaki dan perempuan, serta memberikan warning keras apabila masih tidak mengenal Tuhan secara mendalam pada usia 10 tahun seperti meninggalkan sholat. Ini semua karena inilah masa terberat dalam kehidupan anak, yaitu masa transisi anak menuju kedewasaan termasuk menuju peran lelaki dewasa dan keayahan bagi anak lelaki, dan peran perempuan dewasa dan keibuan bagi anak perempuan. Wahai para Ayah, jadikanlah lisan anda sakti dalam narasi kepemimpinan dan cinta, jadikanlah tangan anda sakti dalam urusan kelelakian dan keayahan. Ayah harus jadi lelaki pertama yang dikenang anakanak lelakinya dalam peran seksualitas kelelakiannya.

Fitrah Peran Ayah 
Penanggung jawab pendidikan
Man of visson and mission
Sang ego dan individualitas
Pembangun sistem berpikir
Supplier maskulinitas
Penegak profesionalisme
Konsultan pendidikan
The person of "tega" Fitrah

Peran Ibu
Pelaksana harian pendidikan
Person of love and sincerity
Sang harmoni dan sinergi
Pemilik moralitas dan nurani
Supplier feminitas
Pembangun hati dan rasa
Berbasis pengorbanan
Sang “pembasuh luka”

Kesalahan yang biasa terjadi

1. Orangtua yang acuh terhadap sisi maskulini dan sisi feminim anak.


  • Orang tua yang tidak mengingatkan anak laki-lakinya yang berpenampilan menyerupai perempuan, atau anak perempuan yang menyerupai laki- laki 
  • Kurang memperhatikan dengan siapa anaknya bergaul 
  • Tidak memberikan pengertian kepada anak tentang bagian tubuh mana yang boleh dan tidak boleh terlihat oleh orang lain.
2.  Fatherless dan motherless, ketiadaan peran masing- masing orang tua atau bahkan keduanya 
  • Orang tua ada, tapi seperti tidak ada. Misal, ketika anak bermain, orang tua menemani tapi sambil bermain gadget.
  • Anak laki- laki yang kekurangan sosok ayah dalam kesehariannya, akan kekurangan sisi maskulinnya atau bahkan terjadi penyimpangan, begitu pula sebaliknya. 
  • Lupa mengajak mereka bermain. Lupa kalau mereka sungguh masih anak-anak. Dan bila sudah remaja, mereka lupa mengajak anak-anak bicara soal ketertarikan pada lawan jenis, sudah mendapat tanda2 baligh atau belum. 
3. Orang tua tidak memberikan pengertian dan pendampingan pada anak yang akan dan sedang memasuki masa pubertas 

4. Memanjakan anak/menuruti kemauannya secara utuh hingga membuat anak tumbuh tidak mandiri, tidak menjadi lelaki/perempuan sejati. Misal: Anak lelaki tidak belajar menjadi sosok yg dapat diandalkan atau bertanggung jawab. Anak perempuan menjadi malas untuk menghidangkan sesuatu (memasak) atau belajar memasak. 

5. Tertukarnya peran orang tua. Sebagai contoh, ibu lebih tegas daripada ayah, dapat membuat kewibawaan ayah turun. 

Solusi 

Untuk dapat mencegah atau memperbaiki kesalahan dalam menumbuhkan fitrah seksualitas, ada beberapa solusi yang dapat dilakukan, diantaranya: 
  1. Kuatkan pondasi keimanan anak sejak dini 
  2. Mendidik anak mulai dari aspek aqidah, akhlaq, social kemanusiaan dan jasmani 
  3. Ajarkan anak untuk memabaca dan memahami Al-Quran 
  4. Menjadi figur ayah sebagai sosok lelaki sejati dan menjadi panutan bagi anak dan ibu menjadi figure yang penyayang dan lemah lembut 
  5. Mendidik anak sesuai gendernya, seperti untuk anak laki-laki, latihlah ia untuk menjadi imam solat berjamaah, latih sikap kepemimpinan, latih untuk menjadi seorang yang bijak, dan latih keterampilan fisik. Untuk anak perempuan, perintahkan ia menutup aurat, bersama ibu, latihlah ia untuk senang mengerjakan pekerjaan rumah. 
  6. Menerapkan Gadget Hours. Membuat kesepakatan bersama pasangan untuk meletakkan ponsel saat sedang bersama keluarga 
  7. Mengedepankan quality time 
  8. Bangun komunikasi produktif antar keluarga hingga anak tidak segan menceritakan apapun 

PERTANYAAN DAN JAWABAN 

1. Berbeda dengan pemahaman orang Barat yang menyatakan bahwa anak itu ibarat kertas putih, tinggal orangtuanya yang mengisinya. Sedangkan dalam Islam, seorang bayi sudah mempunyai program software, sudah ada fitrahnya, pertama ia (bayi) itu Islam. Boleh minta dijabarkan letak perbedaan & tindakan pada kedua pendapat tsb? 

Jawaban 

Pandangan John Locke (Empirisme) Menurut beliau bahwa anak lahir ke dunia ini seperti kertas kosong (putih) atau meja berlapis lilin (tabula rasa) yang belum ada tulisan di atasnya. Kertas atau meja tersebut bisa ditulisi sekehendak hati yang menulisnya, dan lingkungan itulah yang menulisi kertas kosong putih tersebut. Menrut teori ini, kepribadian berdasar kepada lingkungan, yaitu lingkungan tidak berjiwa yang meliputi benda(benda mati, seperti tanah,air, batu, dan sebagainya, dan lingkungan berjiwa yang meliputi manusia, hewan, dan tumbuhan.Paham ini sejalan dengan paham Helvatus seorang filsuv yunani, yang berpendapat bahwa manusia dilahirkan dengan jiwa dan watak yang hampir sama,yaitu bersih dan suci. Pendidikan dan likunganlah yang akan membuat atau membentuk anak tersebut sesuai yang diinginkan. Selain itu teori ini sependapat dengan ungkapan Claode Adrien Helvatius yang mengatakan lingkungan dan pendidikan dapat membentuk manusia kearah mana saja yang dikehendaki pendidik. 

Teori ini sejalan dengan teori behavioristik, dalam behavioristik ada tiga teori, yaitu stimulus dan respons conditioning, dan reinforcement. kelompok teori ini berangkat dari asumsi, bahwa anak tidak memiliki pembawaan potensi apaapa pada kelahirannya. 

Sedangkan sudah jelas Allah berfirman dalam Surah (Ar-Rūm):30 - Maka hadapkanlah wajahmu dengan lurus kepada agama Allah; (tetaplah atas) fitrah Allah yang telah menciptakan manusia menurut fitrah itu. Tidak ada perubahan pada fitrah Allah. (Itulah) agama yang lurus; tetapi kebanyakan manusia tidak mengetahui, 

Dan dalam hadish shahih أو ٌ ن صرانه أو ٌ هودانه ف أب واه ال فطرة ع لى ٌ ول د مول ود ك ل ) س لم و ع ل ٌه هللا ص لى ال ن بً ق ال ٌ مج سانه 
“Setiap anak dilahirkan dlm keadaan fitrah (Islam), maka kedua orang tuanyalah yg menjadikannya Yahudi, Nashrani atau Majusi.” (HR. al-Bukhari&Muslim) 

http://www.academia.edu/12184008/Fitrah_Manusia_dalam_Pandangan_Islam_dan_Barat 


2. Bagaimana cara mendidik anak dengan status single parent agar tidak terjadi penyimpangan pada anak ? 

Jawaban: 

Sungguh tangguh para ibu atau para ayah yang sedang berjuang sendiri dalam membersamai anak. Kalau dr bbrp kajian FBE bersama Ust. Harry Santosa bahwa tak bisa seorang ibu berperan menjadi seorang ayah sekaligus atau sebaliknya dalam hal menumbuhkan fitrah seksualitas. Menguatkannya jika dalam kondisi demikian, maka : 
  • Bergabunglah dengan komunitas pendidikan. Misal komunitas home education. Agar anak tak kehilangan figur ayah/ibu. 
  •  Jika anak sudah usia 7 ke atas, sesekali boleh dititipkan 1 atau 2 malam pada keluarga sholih yang kita sudah sepaham ttg pendidikan anak. Usia 10 tahun bisa di magangkan di keluarga sholih. Keluarga sholih , yg punya pemahaman yg sama dengan kita ttg penumbuhan fitrah seksualitas. 
  • Cari sosok pengganti (bisa paman, bibi, atau kakek, nenek).
  • Yang terpenting anak tidak kehilangan contoh/teladan sbg ayah/ibu. 
3. Alhamdulillah dalam rumah, saya sama pasangan gak ada masalah yg berarti, kita kompak kecuali perihal kentut yg masih semena2 buangnya. Tapi saya dicoba dengan sosialisasi di luar, yg beberapa kali Alhamdulillah diangkat jadi ketua tapi tertekan akhirnya melepaskan diri, Sekarang lagi makin seperti org yang gak jujur, gak bisa punya pendirian, karena dipaksa keadaan. Bagaimana nasib anak-anak yang lihat emaknya begini? Kalau tiap saya ikut komunitas terus selalu mundur karena masalah? Apa akan ada efek negatif mereka memandang emaknya? Efek samping apa yg terburuk yg bisa terjadi sama mereka?

Jawaban: 
Bismillaah, Saya coba memahami pertanyaan dari mak eun. Boleh dikoreksi bila kurang tepat yaa mak eun.. Di sini maksudnya, mak eun merasa kesulitan dan kerap bertemu masalah ketika beraktivitas publik. (Aktivitas publik disini bukan hanya bagi ibu yang bekerja tetapi juga saat ibu menceburkan diri dalam kegiatan sosial atau lainnya). Masalah ini mau tidak mau terbawa ke dalam perasaan serta aktivitas domestik, yang suka atau tidak suka akan disaksikan oleh anak dan suami. Saat membaca ini, terlintas materi ibu professional saat kita masih duduk di kelas matrikulasi. Ketika itu disampaikan bahwa ketika kita berperan dalam aktivitas publik, namun ternyata kita tidak mampu memanage-nya dengan baik hingga terbawa ke ranah domestik, maka bisa dipastikan ada sesuatu yang salah. Langkah terbaik adalah dengan keluar dari ranah publik dan fokus dahulu dalam domestik. Sampai bisa dipastikan dalam diri ini bahwa apapun yang terjadi di luar tidak berpengaruh apapun pada rasa dan polah kita. Bukan berarti tidak boleh ambil bagian dalam beraktivitas sosial. Boleh, dan itu bagus. Hanya saja, ketika badai menerpa, siapkah kita untuk menghadapinya dan tidak lari? Adapun bergaul dalam masyarakat, itu sangat dianjurkan.

Rasulullah Shallallahu’alaihi Wasallam menganjurkan kita untuk bergaul dengan manusia dengan akhlak yang baik : ا ما هللا ، كن ٌ ب و ، م ها ال سن ال س ٌ وأ النا ال س ب ل 
“Bertaqwalah engkau kepada Allah dimanapun berada, dan perbuatan buruk itu hendaknya diikuti dengan perbuatan baik yang bisa menghapus dosanya, dan pergaulilah orang-orang dengan akhlaq yang baik” (HR. At Tirmidzi 1906, dihasankan Al Albani dalam Shahih Al Jami, 97). 

Namun ketika kita menemukan kemunkaran yang mana kita tidak dapat merubah dengan tangan dan lisan. Maka kita cukup doakan, jangan sampai kita ikut terseret ke dalamnya. Bila sudah ada tanda-tanda seperti itu, maka keluarlah dan carilah aktivitas yang lebih baik. 

Sebagaimana firman Allah Ta’ala: ر عل ى و ا ون وا ب و ال عل ى ا ون وا و وال م ا د وا وال 
“Dan tolong-menolonglah kamu dalam (mengerjakan) kebajikan dan takwa, dan jangan tolongmenolong dalam berbuat dosa dan pelanggaran” (QS. Al Maidah: 2). 

Dan ingatlah bahwasanya kita dianjurkan pula untuk bersabar terhadap gangguan manusia. Sebab di bumi manapun kita bepijak, hal semacam ini pasti ada dan tak terelakkan. 

Diantaranya juga sabda Nabi Shallallahu’alaihi Wasallam: ط ال ذي م ال مؤ ط ال ذي م ٌ ر أذاهم ع لى و ٌصب ر النا ٌ ال أذاه م ع لى ٌصب ر و النا ٌ ال

 “Seorang mukmin yang bergaul di tengah masyarakat dan bersabar terhadap gangguan mereka, itu lebih baik dari pada seorang mukmin yang tidak bergaul di tengah masyarakat dan tidak bersabar terhadap gangguan mereka” (HR. At Tirmidzi 2507, Al Bukhari dalam Adabul Mufrad 388, Ahmad 5/365, syaikh Musthafa Al ‘Adawi mengatakan hadits ini shahih dalam Mafatihul Fiqh 44) 

Jadi, meski kelak harus keluar dari ranah publik, tetap jadikan akhlak sebagai hiasan muamalah terbaik.. Wallahu'alam 

Referensi: https://muslim.or.id/19472-mana-yang-lebih-utama-uzlah-atau-bergaul-denganmasyarakat.html 

4. Aku mau tanya soal kepengasuhan orang tua,, secara teori aku tahu lelaki adalah kepsek, penentu kebijakan dan teladan di dalam rumah. Tapi karena kecenderungan karakter yg tertukar, akhirnya terjadi pola keteladanan yg tertukar (bingung jelasinnya). Misalnya saya lebih tegas dibandingkan ayahnya, saya lebih full power dibandingkan ayahnya. Istilahnya saya berada di posisi tega dan sering banget ayahnya minta bantuan krn anaknya malah gak ngedenger dibandingkan ibunya yg bicara. Ada dampak kah kedepannya? Soal pertemanan juga, karena anakku main sama perempuan melulu (temen seusianya sebagian perempuan dan lebih minim konflik daripada laki2). Adakah dampaknya dan apabila dia dipaksakan berteman dengan laki2 yg tidak membuat dia nyaman adakah dampaknya?

 Jawaban: 

KSetega-teganya ibu pasti lebih tega ayah. Itu mgkn menurut ambu aja,.tp blm tau kan menurut anak tegaan siapa...hehe Sebenarnya anak lebih dengerin ibu bukan berarti peran ayah tergantikan oleh ibu dan bukan berarti jg jadi peran yg tertukar bukan putri yg tertukar. 

Kenapa anak lebih mendengarkan ibu? 
1. Ayah lebih cendrung mempunyai kepribadian kaku 
2. Sejak kecil ibunyalah yg lebih banyak menghabiskan waktu dengan anak 
3. Ibu lebih peka dan tahu bagaimana perasaan anak 
4. Karena bekerja ayah jarang ada di rumah. 
5. Ibu cenderung menjadi pelindung saat ayah marah 

Sumber: https://www.idntimes.com/life/family/amp/stella/kenapa-ibu-lebih-dekat-dengananak-dibanding-ayah anak. 

Untuk pertemanan dengan perempuan sepertinya tdk berpengaruh banyak apalagi masih kecil, karena dulu pun aku temannya anak laki semua…hehe Yang lebih berperan penting memang ayah dan ibunya, jadi di rumah harus sudah diperkuat fitrah seksualitasnya. Jadi gangguan-gangguan dari luar insyaAllah hempas. Jangan lupa juga selalu berdoa sama Allah untuk minta perlindungan dan menjadikan anak2 yg sholeh/sholehah, karena kekuatan doa orgtua tiada bandingnya. 

5. a. Contoh kedekatan atau kelekatan anak perempuan dengan ibunya seperti apa ya?
 b. Apa yang salah ketika seorang Ibu dinilai lebih jahat dari ayahnya? Walaupun si ibu menangis karena ayahnya. Untuk memperbaikinya bagaimana? 

Jawaban: 
a. Sebelum masuk ke contoh kelekatan, ada baiknya kita samakan bersama pemahaman tentang kelekatan itu sendiri. Kelekatan merupakan suatu ikatan emosional yang kuat yang dikembangkan anak melalui interaksinya dengan orang yang mempunyai arti khusus dalam kehidupannya, biasanya orang tua (Mc Cartney & Dearing, 2002 dalam Eliasa, 2011). Kelekatan bukanlah ikatan yang terjadi secara alamiah. Ada serangkaian proses yang harus dilalui untuk membentuk kelekatan tersebut. Menurut Jacobson dan Hoffman (1997) dalam Papalia, Olds & Feldman (2009), bila anak mendapatkan dasar aman dan dapat mempercayai respon orang tua, mereka akan merasa cukup percaya diri untuk melibatkan diri dari dunia mereka secara aktif. Anak dengan kelekatan tidak aman cenderung akan menunjukan emosi negative (rasa takut, distress, dan marah), sementara anak dengan kelekatan aman terlihat lebih ceria (Koshanska, 2002 dalam Papalia, Olds & Feldman, 2009). Jadi semenjak dalam buaian, rangkaian proses itu dimulai. Dan anak perempuan yang tumbuh lekat dengan ibu dan ayahnya di masa yang tepat akan menjadi anak perempuan dengan fitrah seksualitas yang utuh. Seperti bermain dengan mainan anak perempuan, memakai pakaian dan faham akan batasan aurat hingga mengerti dan memiliki referensi sendiri tentang pasangan hidupnya kelak. 

b. Ibu dinilai salah oleh anak padahal ibu menangis karena ayah.. Mungkin karena seorang ibu tidak dapat menyembunyikan perasaannya sebaik ayah. Lakilaki bagaimanapun masalah yang menerpa adalah penyimpan rahasia terbaik, ia tidak akan mudah membeberkan masalah hanya dengan gesture atau ucapan. Sementara ibu, sekuat apapun ia, masalah itu akan membentuk dirinya. Bagaimana ia bersikap itu akan secara reflek ditampakkan dan berimbas pada anak. Sementara anak yang tidak tahu menahu apa yang terjadi di baliknya, hanya melihat apa yang tampak. Ibu yang selalu saja marah-marah setiap kali bermasalah dengan ayah hingga terbentuk stigma bahwa ibu lah yang sepenuhnya salah. Bagi anak yang masih kecil, hal ini akan menjadi pengalaman buruk bahkan bisa menjadi trauma. Kelekatan yang sudah dibangun bisa saja hancur dan tiba2 dalam pikiran mereka tertanam keburukan2 ibu. Efek ini bila tidak diperbaiki akan terus berakar hingga anak dewasa. Sebaiknya ibu setelah introspeksi dan bicara dari hati ke hati dengan ayah, transparan bila memang dirasa ada yang tidak nyaman dalam hubungan keduanya. Wallahu'alam 


6. Cara mengajarkan anak laki2 dan perempuan sesuai ajaran AlQuran dan Sunnah? Bagaimana cara mengatasi anak2 yang sedang mencari jati diri yang terkadang / sering bertentangan dengan ortu maupun AlQuran dan Sunnah? 

Jawaban: 

Tahapan mendidik anak menurut Islam Al-Quran dan As-sunnah telah memberikan panduan yang jelas dalam mendidik anak, ada keberkahan bagi setiap muslim apabila mengikuti petunjuk Rasullulah. Lewat Al-quran dan hadist, Rasullulah telah memberikan panduan bagaimana cara mendidik anak dalam islam, sesuai dengan posisi dan tanggung jawab masing masing. Terdapat hak antara orang-tua terhadap anak maupun anak terhadap orang tuanya. Dalam mendidik anak secara Islam, orang tua perlu memahami posisi anak dalam keluarga yakni; Anak sebagai amanah bagi kedua orang tuanya Anak sebagai investasi akhirat Anak sebagai penghibur dan perhiasan bagi orang tuanya Anak sebagai ujian bagi kedua orang tuanya Untuk menghasilkan anak yang Allah ridha akan dirinya sehingga orang tua pun memperoleh keberkahan dari hadirnya sang anak ditengah keluarga, cara mendidik anak menurut Islam perlu merujuk pada pesan pesan Rasullulah dimulai dengan; 
1. Mengisi Anak dengan Iman Mengenalkan dan mendidik anak tentang Tauhid lebih didahulukan dari pada mengenalkannya pada Alquran dan As-sunnah. Mengisi iman lebih dahulu adalah pondasi awal sebagaimana Rasullulah mengisi Iman kedalam dada dada para sahabat yang tidak lain adalah generasi terbaik dari semua generasi yang ada. Apabila Iman telah diisi maka setiap dibacakan Al-quran dan As-sunnah maka akan semakin tebal Imannya. 
Rasullullah SAW bersabda: “Bukalah lidah anak-anak kalian pertama kali dengan kalimat “Lailahaillaallah”. Dan saat mereka hendak meninggal dunia maka bacakanlah, “Lailaha-illallah”. Sesungguhnya barangsiapa awal dan akhir pembicaraannya “Lailah-illallah”, kemudian ia hidup selama seribu tahun, maka dosa apa pun, tidak akan ditanyakan kepadanya.” (sya’bul Iman, juz 6, hal. 398 dari Ibn abbas)
2. Mendidik Anak Tentang Sholat Dalam kitab Imam al Baqir dan Imam ash Shadiq ra menerangkan bagaimana seharusnya kita mengenalkan dan mendidik anak tentang salat. Dimulai dengan : Setelah anak usia 5 tahun dan telah memahami arah, maka coba tanyakan mana bagian kanan dan kirinya. Lalu ajarkan padanya arah kiblat dan mulailah mengajaknya salat. Pada usia 7 tahun mulai biasakan ia untuk membasuh muka dan kedua telapak tangannya dan minta padanya untuk melakukan salat. Tata cara berwudhu secara penuh mulai diajarkan pada usia 9 tahun. Kewajiban untuk melakukan salat serta pemberian hukuman bila meninggalkannya sudah dapat di terapkan pada usia ini. Karena pada usia ini anak biasanya sudah pandai memahami akan urutan, aturan dan tata tertib. amalan lainnya serta menerapkannya Saat anak sudah mendekati usia baligh, maka orang tua perlu mengenalkannya pada shaum (menahan hawa nafsu / puasa lahir dan batin) serta mewajibkan salat. Selain dari itu juga ditekankan untuk mencari ilmu agama, menghafal Al-Qur’an yang apabila tidak mampu maka perintahkan padanya untuk mencatat. Cara mengatasi sikap perilaku anak yang sedang mencari jati diri yang kadang bertentangan dengan orang tua maupun Al-Quran dan Sunnah yaitu dengan menjadi teman yang baik dan nyaman baginya, dengarkan semua ceritanya dengan sepenuh hati kemudian berikan jawaban2 ataupun saran berdasarkan pengalaman ortu sebagai orang yang lebih dulu mengalami hal-hal yang dialaminya, ceritakan pengalaman2 yang mirip2 dengan kondisinya dan kisah orang-orang lain yang sukses dengan passion nya. Boleh juga dengan mengajak mereka menyelami dirinya sendiri, mengenal kelebihan kekurangannya, serta potensi bakat yang ada di dirinya, konsultasi dengan ahlinya/bidang konseling, dan diarahkan kepada aktivitas2 positif yang juga mereka sukai, orang tua mendukung, dan Allah ridhoi. 

7. Ada cerita, anak perempuan yang ditinggal meninggal ibu kandungnya pdhl saat itu ia sangat butuh peran ibu. Bapak berinisiatif untuk menikah lagi agar bisa mencarikan Sosok ibu untuk anak perempuan tunggalnya. Namun anak tersebut gak mau menerima, msh ada perasaan sayang ke Almarhumah bundanya dan gak mau digantikan dengan yang lain. Bagaimana peran kosong ibu ini dpt digantikan? Mengingat keluarga nya (bulek/budhe nya jauh). 

Jawab:

Kalau kami ambil kesimpulan, memang anak tsb belum menerima adanya kehadiran seorang wanita baru pengganti kedudukan ibunya. Dampaknya ke berbagai hal, pembelajaran tdk fokus, banyak main keluar, mencari perhatian lebih dari sosok lelaki lain yg mungkin dianggapnya ia bukan mengalami kekokosongan sosok ibu, namun jadinya kehilangan sosok ayah juga dalam hidupnya. Mungkin bisa disikapi dng: 
1. Ayah tetap sendiri sementara waktu hingga anak siap menerima sosok wanita baru pengganti kedudukan ibunya (bila kondisi ayah blm menikah lagi) 
2. Bila ayah sdh menikah lagi, bicara dari hati ke hati antara ayah dan anak perempuannya, sampaikan permohonan maaf atas sikap yg diambilnya karena dengan beberapa alasan, percayakan dan yakinkan dirinya bahwa menikah lagi bukan berarti melupakan ibunya. Ajak anak berkunjung ke makam ibunya, ajak anak untuk mendoakan ibunya setiap kali selesai sholat fardhu berjamaah. Terakhir, sampaikan terima kasih kepada anaknya yang mau memahami kondisi saat ini dan menerima kehidupan baru mereka Yang sudah hilang tidak dapat tergantikan dengan apapun. Begitupun raga yang telah mati tidak dapat bangkit lagi. Ruh yang telah pergi selamanya tidak akan kembali. Rasa sayang kita, apakah juga harus pergi? Tidak perlu. Rasa sayang itu tetap harus disana. Yang kita harus tanamkan adalah keyakinan bahwasanya Allah Dzat yang Maha Menciptakan sekaligus Mematikan tentu memiliki maksud dibalik setiap perkara yang ada.

Renungkanlah … Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, هللا ا ذ ه م ق و ما أ ه ر ً ف م ا ب ه س ط و م ال ر ا فل ال س ط فل “Sesungguhnya jika Allah mencintai suatu kaum maka Dia akan menguji mereka. Barang siapa yang ridho (terhadap ujian tersebut) maka baginya ridho Allah dan barang siapa yang marah (terhadap ujian tersebut) maka baginya murka-Nya.” (HR. Tirmidzi dan Ibnu Majah At Tirmidzi berkata bahwa hadits ini Hasan Ghorib) 
Maka tanamkan kepadanya bahwa yang dapat di lakukan sebagai anak shalih adalah mendoakan. Hanya doa yang dapat sampai pada orang tua yang telah tiada. Maka sampaikan rasa sayang dengan cara yang demikian. Tidak perlu meratap dan bangunlah dari kenyataan. Masa sekarang ini dihadapi dan jangan lari. Terima dan hadapi dengan bijak. 

Baca Selengkapnya : https://rumaysho.com/27-inilah-hikmah-di-balik-cobaan-yang-belum-engkau-tahu 

8. Dalam bab pendidikan seksualitas disebutkan bahwa seksualitas yg benar patokannya adalah Syar'iah. Bagaimana cara orangtua mengenalkan organ vital baik anak laki2 dan perempuan secara syar'iah. Agar tidak bertentangan dengan budaya barat. Sebagaimana kita ketahui pendidikan seks ala Barat yang lebih menekankan pada pengenalan organorgan vital berikut fungsi-fungsinya secara vulgar. 

Jawab:
Pendidikan ala Barat ini dalam implikasinya menimbulkan rasa ingin tahu yang terus meningkat dalam diri anak-anak. Rasa ingin tahu yang tidak pernah puas dibarengi dorongan naluri akibat pertumbuhan hormon yang meningkat seiring pertambahan usia, membuat anak-anak kita terjerumus pada pergaulan bebas. Sementara Islam mengajarkan pendidikan seks dengan cara yang lebih santun dengan menekankan pentingnya menjaga kehormatan diri dan mengenalkan perbedaan gender pada anak sejak dini. Dalam hal ini, pendidikan seks pada anak menjadi tanggung jawab orangtua, yang harus memberikan arahan, pengetahuan dan pemahaman secara menyeluruh sesuai syariat. Dengan demikian orangtua dituntut untuk memiliki kepekaan, keterampilan dan pemahaman agar mampu memberi informasi dalam porsi tertentu, sehingga tidak membuat anak semakin bingung dan penasaran. 

Sumber Pendidikan Seks Untuk Anak : Kapan Harus Dimulai? - theAsianParent https://id.theasianparent.com › p... Dalam islam, kita mengenal batasan aurat. 

Berbicara aurat anak kecil berarti berbicara tentang tugas orang tua kepada anaknya. Kapan anak itu harus ditutupi auratnya dan bagaimana batas aurat yang wajib ditutupi sesuai jenjang usianya. Ada beberapa dalil yang dijadikan pendekatan oleh para ulama untuk menyimpulkan tentang batasan aurat anak kecil. 

Pertama, firman Allah Ta’ala, و ل أ طف ذٌ ال م ال ه روا ل سا ع و را عل ى ٌ الن “Atau anak-anak yang belum mengerti tentang aurat wanita..” (QS. an-Nur: 31) Ayat ini menunjukkan bahwa anak kecil – yang belum tamyiz – belum mengerti aurat wanita. Kemudian disebutkan dalam hadis dari Abdullah bin Amr bin Ash radhiyallahu ‘anhuma, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, د ك م م روا و ة أ ال ص ب نا ه م و ب أ بو ه م سن ٌ س ب ٌ ها وا ر ب نا و ه م عل أ ف ى ب ٌ ن ه م و ف رق وا سن ٌ ع ر ج م ا ال 
“Perintahkan anak kalian untuk shalat ketika mereka sudah berusia 7 tahun. Dan pukul mereka (paksa) untuk shalat, ketika mereka berusia 10 tahun, serta pisahkan mereka -antara anak laki dan perempuanketika tidur.” (HR. Abu Daud 495 dan dishahihkan al-Albani).
 Ada 2 usia dalam hadis di atas, usia tujuh tahun yang mulai diperintah menjalankan shalat. Dan usia 10 tahun yang sudah harus dipaksa untuk shalat dan tidurnya dipisahkan dengan saudaranya yang lawan jenis. Berdasarkan hadis di atas, ulama hambali memberikan rincian,
[1] Anak yang usianya di bawah 7 tahun, tidak ada aurat. Dalam arti, orang tua atau orang lain boleh melihat auratnya, termasuk kemaluannya.
[2] Usia 7 sampai 10 tahun. Jika laki-laki batas auratnya adalah aurat besar, kemaluan depan dan belakang. Jika anak perempuan auratnya antara pusar sampai lutut.
[3] Di atas 10 tahun, auratnya sama dengan orang dewasa. Jadi, pengenalan organ vital yang disebut sebagai aurat menggunakan bahasa yang lebih santun sebab islam mengedepankan rasa malu.

Read more https://konsultasisyariah.com/28364-batas-aurat-anak-kecil.html

Tidak ada komentar:

Posting Komentar