Selasa, 05 Januari 2010

GREEN CANYON -Pangandaran

18-20 Desember 2009

Lange Wochenende... hmmm ngapain ya...

ke gunung??? bagaimana kalau kita main air aja dulu...

yeaaah,,, kita berpetualang di PANGANDARAN, ciamis... kampung bapak ibuku yang nyaris tak pernah ku telusuri.. di wilayah pangandaran ini ternyata ada tempat yang keren bener... GREEN CANYON -ngarai hijau-


18 Desember 2009

07.15... memulai perjalanan dari stasiun kota,, hmm ternyata bisa juga gw tepat waktu.. tapi tiba-tiba rekan CEDENGPALAku peggy menelepon kalau dia kesiangan,,, grrr.. karena ga mungkin menunda kereta terpaksa dehw naik bus untuk menemani temanku yang satu ini... dan berpisah jalan dengan yosi, rendy, botel, ochay, dan zainul...

sekedar info untuk perbandingan... tiket kereta 20rb jkt-banjar, sedangkan bus 65rb jkt-pangandaran...

19.00... sampai juga di terminal pangandaran.. pfuuuh.. Alhamdulillah

tapi ternyata masih harus menunggu rombongan yosi, dkk yang naik kereta odong-odong... 3 jam penantian yang membosankan..

22.00... bertemu rombongan juga akhirnya... cari penginapan yuks...

dari terminal kita bisa jalan kaki sekitar 10-15 menit untuk sampai ke pantai pangandaran

23.00... Alhamdulillah dapat home stay seharga 350rb hingga minggu sore di pinggir pantai... mantabz

***
19 Desember 2009


malesss banget bangun pagi.. akhirnya gagal menikmati sunrise dehw...

berenang sampai puas bersama Peggy,, mumpung tuh pria-pria masih tidur kaya kebo..

sekitar pukul 10.00,, kami memulai petualangan mengitari pangandaran.. mencarter angkot dari terminal seharga 225rb untuk beberapa objek wisata..

dimulai ke GREEN CANYON, yang ternyata antriannya panjang sekaliii,, sehingga hanya ambil nomor urutan lalu cabut ke Batu Karas yang letaknya tidak terlalu jauh..

Batu Karas


pantai yang masih terhubung dengan pantai pangandaran ini masih cukup sepi dan tidak banyak pengunjung.. di tempat ini airnya masih cukup bersih dan ombaknya lebih besar dari pantai pangandaran sendiri... oleh karena itu banyak yang berlatih dan bermain selancar di tempat ini. Aku sendiri beberapa kali terpental oleh ombaknya.. waah seru banget.

Selain itu di pinggir pantai banyak batu karang yang cukup tinggi dan sangat tajam untuk ditaiki,, tapi kalo bisa naik dan berpose di sana, hasilnya bisa dibanggakan loh..

setelah hari cukup siang dan kami puas berenang dan bernarsis ria,, kami kembali ke Green Canyon.


GREEN CANYON


Alhamdulillah kami sudah tidak perlu antri lagi karena nomor antrian kami sudah terlewati.. jadi bisa langsung naik ke perahu di dermaga Ciseureuh.

Awal mula tempat yang merupakan aliran dari Sungai Cijulang ini bernama Cukang Taneuh, yang berari jembatan tanah... namun oleh dua orang turis asing asal Perancis dan Swiss pada tahun 1990, Cukang Taneuh dijuluki Green Canyon, karena airnya yang berwarna hijau tosca.

Green Canyon dapat kita lalui dengan perahu yang disewakan seharga 75rb/perahu dengan kapasitas max penumpang 5 orang. karena kami bertujuh jadilah kami menyewa 2 perahu. Setiap perahunya diawaki dua orang petugas.

Berperahu menyusuri Green Canyon membuatku merasakan sensasi yang luar biasa, karena pesona yang disajikannya. hutan lindung, lembah hijau, sungai, bukit batuan yang mengapit sungai, serta aneka stalaktit-stalakmit terpadu menjadi suatu pemandangan yang eksotis.

Setelah berperahu sekitar 15-30 menit, kami tiba di tempat yang menyerupai goa, tempat inilah yang disebut Cukang Taneuh atau jembatan tanah. Ternyata pemandangan yang baru saja kami lalui belum seberapa dibandingkan pemandangan yang akan kami temui berikutnya. Untuk itu kami harus berenang ke dalamnya... namun kami harus merogoh kocek lebih dalam lagi karena ada biaya tambahan.. setelah nego dengan supir perahu yang akan menjadi guide selama di perjalanan di Green Canyon, kami mendapatkan harga 200rb untuk kami bertujuh. Harga itu sudah termasuk pelampung yang akan kami kenakan.

Selama kami berenang, kami ditemani dua petugas. Satu menjadi guide sedangkan yang satu menjadi juru foto… dokumentasi itu penting kawan hehehehe…

Berenang melawan arus air yang dingin ini benar-benar luar biasa, terutama untuk aku yang pada dasarnya tidak bisa berenang... uph.. mantabz.. benar-benar memancing adrenalin… dan membuat perut kembung tentu saja (entah berapa banyak air yang terminum @_@)

Batu-batu besar yang licin dan terjal kami lewati.. tetesan-tetesan air dari tebing menambah seru suasana, (batu-batuan ini selalu memancarkan air loh hingga dijuluki hujan abadi, karena walau di musim kemarau pun tetap meneteskan airnya…) bahu membahu saling menolong untuk melewati arus membuat suasana semakin ceria dan penuh gelak tawa. Ada saja kekonyolan yang kami buat, hingga sempat membuat guide kami sempat tidak sabar menghadapi kami.

Yang jadi idola di sana adalah batu loncat.. batu besar, dengan ketinggian lebih dari 7 meter dari permukaan air, yang digunakan pengunjung untuk memicu adrenalin tambahan. Untuk mencapai batu besar itu, kami harus memanjat batu-batu yang licin, terjal dan curam, lalu dari atas batu itu kami lompat ke dalam air. Terdengar sederhana memang,,,hanya melompat ke dalam air, apa susahnya.. tapi ternyata tidak semua orang dengan mudah melakukannya loh.. antara tega dan tidak tega menahan tawa melihat pengunjung yang mengalami ketakutan ketika melompat.. ketika berhasil (berani) melakukannya.. sensasinya sungguh luar biasa loh.. kalau banyak waktu, aku ingin sekali lompat sekali lagi.. tapi sayang waktunya tidak memungkinkan…

Selama di Green Canyon, Botel dan Inul sangat sigap sekali membantu kami yang rata-rata tidak bisa berenang ini… hahaha.. ternyata mereka berdua tidak hanya pendaki ulung,, tetapi juga makhluk air yang lincah… benar-benar petualang sejati… Saluuut untuk lo berdua Bru..

Setelah puas kami pun kembali ke dermaga, karena banyak pengunjung yang sedang menunggu antrian untuk merasakan sensasi Green Canyon.

Bermain di Green Canyon membuat kami semua keletihan dan kelaparan. Untunglah ada rumah makan yang menyajikan ikan bakar dan goreng, yang ikannya kami pilih langsung dari kolamnya, jadi segar dan maknyuss berasa,, walau kata si abang Inul, sang kritikus makanan, makanannya engga ada rasanya… J wuahaha

Puas karena sudah kenyang, kami kemudian menuju objek wisata berikutnya, Batu Hiu.

Dijuluki Batu Hiu, karena dari tempat ini kami bisa memandang satu batu besar di tengah laut yang katanya menyerupai Hiu… padahal menurut saya, darimanapun saya memandang tidak mirip sedikit pun dengan Hiu… tapi mungkin dulunya mirip.. (???)

Area ini sedang dalam penataan pihak dinas Pariwisata, sehingga sudah cukup rapih dan nyaman dikunjungi. Pemandangannya yang indah pun bisa menyegarkan pikiran.

Dari batu Hiu, kami kembali ke penginapan untuk istirahat, karena hari sudah mulai gelap dan tidak ada lagi objek wisata yang masih buka.

Setelah di penginapan dan selesai bersih-bersih, aku merasakan tubuhku sangat tidak nyaman berasa… mungkin karena sepanjang hari bermain air, hingga baju yang kukenakan sepanjang hari itu basah.. jadi tidak ada salahnya untuk membawa banyak baju ganti jika kita ingin bermain ke kawasan ini..

Selesai membalurkan sekujur tubuh dengan minyak kayu putih, dan minum tolak angin, aku tertidur dengan harapan segera membaik.. ga seru banget kan kalau lagi wisata kok sakit.. ugh..

Alhamdulillahnya ketika bangun tengah malamnya (lagi kurang sehat pun tetap tak bisa tidur lama.. nasib penderita insomnia kronis), badanku sudah berasa ringan kembali.. yeaah siap dengan petualangan esok hari… yuhuuu

Ingin menikmati malam terakhir ini di pantai, tapi sayangnya hujan terus turun.. mudah-mudahan tidak berlangsung hingga esok hari. Berharap dapat melihat sunrise.

20 Desember 2009

Bangun ketika hari masih gelap, duduk di pinggir pantai berharap dapat melihat kakek tua itu muncul.. tapi rupanya nenek awan yang sedang berduka itu hari ini sedang angkuh dan ingin berkuasa selama mungkin… ugh.. gagal lagi deh.

Namun mendung hari ini tidak mengurangi minatku dan Peggy untuk berenang dan menikmati pagi terakhir kami di Pangandaran… dan para pria itu masih saja tersungkur di peraduannya masing-masing.

Berapa jam kemudian Yosi dan Bang Ochay menyusul kami dan menyarankan menyebrang ke pasir putih. Akhirnya kami berlima dengan Inul yang datang kemudian menyebrang ke pasir putih dengan perahu, yang tarifnya 10rb/orang PP.. Rendy dan Botel menyusul kemudian dengan ogah-ogahan… udah remek kali ya badannya hahaha

Pasir putih, seperti namanya… pasirnya berwarna putih, sayangnya tidak terlalu bersih karena banyak pengunjung yang tidak mau menjaga kebersihan pantai ini. Di kawasan ini masih banyak kera liar, yang kadang dengan nakalnya menarik makanan dari pengunjung, dan kita juga masih bisa menemukan rusa liar di sini..

Di tempat ini kita juga bisa Snorkeling memandang keindahan bawah laut pangandaran, dengan alat yang disewakan seharga 35rb apabila kita menyewa paket lengkap. Namun karena yang kami sewa hanya kacamata dan alat buat bernapas, kami membayar 20rb untuk pemakaian sepuasnya. Sayangnya kualitas alatnya sangat mengecewakan.. yaaa maklumlah dengan harga yang semurah itu…

Kami juga ditawari untuk berkeliling pangandaran dengan perahu… merasakan kencangnya ombak dan keindahan-keindahan pangandaran yang jarang terjamah.. tarifnya 150rb (sudah termasuk biaya penyebrangan dari pantai ke pasir putih… jadi kami menambah 80rb lagi untuk berkeliling)… tapi ternyata mengecewakan kami, karena hanya berkeliling berapa menit dan tidak ada yang special.. ugh.. tapi setidaknya bisa melihat nusa kambangan dari kejauuuhan… hohohoho

Tengah hari kami balik ke penginapan, bersih-bersih dan istirahat sejenak. Kami kemudian menghabiskan siswa waktu kami di sana dengan berkeliling menggunakan sepeda.

Sebenarnya masih banyak objek wisata di Pangandaran, yang karena keterbatasan waktu belum kami kunjungi.

Malamnya kami balik ke Jakarta dengan kereta odong-odong yang luar bisa penuhnya.. pfuuh..

Pangandaran… andai ku tahu segitu indahnya tempat ini.. pasti tak akan kulewati kesempatan jika aku mengunjungi Almarhumah nenekku..

Tidak ada komentar:

Posting Komentar