Senin, 04 Juni 2012

Zero to Zero... dalam sejumput mimpi

siapa yang sangka kaki - kaki siputku bisa terdampar di sini.. di pulau yang sarat dengan pemberitaan media.Maluku

tujuan awalku ke pulau ini hanya ingin bersilaturahim ke kawan-kawanku yang bertugas di sini,, namun gunung ini terlalu menggodaku.. BINAYA..

belasan milist ku kirimi, puluhan kawan ku hubungi berharap ada yang menemaniku kesana... aah nihil.. membuatku nyaris kehilangan asa.. namun Alhamdulillah Darmapala siap mengantarku kesana, walau karena sibuk raker, hanya Irsan, yang pernah ke sana tahun 2007 yang bisa menemaniku menggapai bintang.
----------------------------------------

singkat cerita perjalanan ke Binaya pun dimulai,, hanya berdua menjalin cerita..


8 Mei 2012

14:00,, lewat tengah hari dengan carrier 40l pinjeman dari neng yuni,, (maklum rucky ku kecil sekali), meninggalkan kampus Darusalam dan iringan mereka.. beserta doa semoga berhasil ^.^ menggunakan angkutan Ambon - Kobisontah,, angkutan yang akan membawaku dan Irsan hingga halte Huaulu.

Minibus yang lebih penuh dengan barang daripada penumpangnya ini pun menyebrang ke pulau Seram dan akhirnya tiba di halte HUAULU dikala pagi masih terlalu gelap,, kurang dari pukul 4 di 9 mei 2012,, bang Viky sang supir pun berkata dengan mimiknya yang penasaran, "apa sih yang kalian cari disana?" hmmm


09 Mei 2012



mengeluarkan sarung agar bisa tidur sejenak menanti mentari sedikit bersinar,, dan jengkel sendiri karena diserang nyamuk-nyamuk yang tak mengantuk 

 --sangat tidak dianjurkan jalan dalam keadaan gelap, karena kita memasuki kawasan yang mempunyai kultur dan tatanan adat sendiri, dikhawatirkan akan menimbulkan kecurigaan dari warga kampung--

segelas minuman sereal hangat dan sepotong roti sedikit menenangkan perutku yang mulai menegang, memikirkan perjalanan yang entah berapa lama bisa kutuntaskan hanya ditemani kawan baruku @.@

lewat dari pukul 7,, kami mulai menuju desa HUAULU..

Jalan panjang berbatu menyambut kami,, jalan yang menurut Irsan belum lama dibuat untuk jalan masuk kendaraan proyek.



Sekitar satu jam perjalanan kami sampai didesa.. langsung disambut lolongan anjing dan senyum - senyum ramah yang dibalas sapaan hangat Irsan..

Akhirnya satu rumah yang cukup ramai mengundang kami masuk. 2 gelas kopi hangat dengan cepat tersaji dan tembakau kuning pun bergulir.. dengan segera kami dapatkan guide / porter yang akan mengantar kami ke desa berikutnya, Roho.

Dengan cepat langkah - langkah Jo sang porter membelah semak yang padat, membuatku terseok-seok mengejarnya.. aaissh.. belum apa-apa tanjakan yang disebut Jo sebagai pemanasan menyambut kami. menanjaaak dan menuruuun seolah mengajak betis kami bermain-main. Jalanan licin berlumpur karena sedang musim hujan pun tak bisa dihindari. Walau beban dipundakku sudah beralih ke pundak Jo, tetap saja langkahku tak bisa memburunya. Jalur kemudian beralih ke sungai demi sungai yang terasa tak bertepi dan mengundang banyak tanya di kepala.. tak ada jalan lainkah selain sungai -sungai ini ??, hanya ada sepengal-sepenggal jalan yang terbebas dari air. kalau jalannya sungai sampai kapan bisa ke puncak?,, wuiiih.

Pukul 11, di tepi sungai kami beristirahat menyiapkan makan siang, sup hangat.. srupuuut

Lewat dari pukul 1 siang, perjalanan dilanjutkan kembali.. dan kembali menceburkan diri ke sungai-sungai yang terus saja berputar-putar,, yang ku ingat hanya ucapan Jo kalau kita harus berburu waktu sebelum hujan dan Sungai besar meluap yang membuat kita akan kesulitan mencapai ROHO.

14:35, sampailah kami ditepi ROHO.. wooow ternyata cepat juga,, padahal kepotong istirahat 2 jam..

Kami pun berpisah dengan bang Jo di sini, karena antar desa itu sudah ada perjanjian porter yang antar hanya boleh sampai desa berikutnya dan dilanjutkan warga desa yang lain untuk menuju desa berikutnya.

Tak lama kami tiba, awan hitam segera menggumpal dan dengan cepat hujan deras mengguyur kami yang dengan pontang panting segera mendirikan tenda tak jauh dari Sungai besar. basaaah semua

Tak lama tenda berdiri dan pakaian kami sudah berganti dengan yang kering, beberapa warga desa mengunjungi tenda kami dan menawarkan rumah mereka, mereka begitu mengkhawatirkan sungai meluap dan membahayakan keberadaan kami. namun kami meyakinkan bahwa kami akan baik - baik saja dan akan segera ke desa kalau tenda kami terendam . =_=

Hujan menjadi musik latar, mengantarkanku ke petualangan berikutnya..  wajah-wajah yang sungguh asing,  bahasa yang sungguh tak kupahami, alam liar yang menari-nari dan mimpi-mimpi hari esok... hari pertama pun berlalu


HUAULU in Picture



dengan penduduk Huaulu




Menuju ROHO

jalur berawa

mengikuti aliran sungai

sungai dan sungai

rehat
sungai besar di Roho


10 Mei 2012

Packing yang berasa lama karena banyak barang yang basah, dan tentu saja kembali mengenakan baju basah untuk kembali berjibaku dengan jalan basah dan becek.

lewat dari pukul 9 pagi, kami tiba memasuki ROHO dan sunyi,, warga sebagian besar sedang berkebun karena panen cokelat sedang dimulai dan sebagiannya mengantarkan anak -anak ujian di kota.. hmm.. kesadaran pendidikan yang patut dibanggakan. gagalah kami mendapatkan porter untuk menuju desa berikutnya Kanike.

kami berdua pun mulai menyusuri jalanan menuju hutan belantara, dengan sedikit memori yang terekam Irsan.

Sebelumnya Irsan sudah mengingatkanku, bahwa jalan yang akan kami lalui jalan setapak yang panjang yang akan membuat cepat bosan dan lelah, ditambah bekas hujan yang membuat kelembapannya bertambah tinggi.

Sejam dua jam,, entah berapa lama yang kulalui, namun berasa melewati jalan yang sama yang tak bergerak. ceplak cepluk sepatuku membebaskan diri dari lumpur-lumpur yang cukup mengikat. sepanjang jalan setapak ini, nyaris tak ada tempat yang layak untuk mengistirahatkan tubuhku barang sebentar, batang pohon yang melintang yang kerap ku jadikan sasaran. namun itu pun tak bisa lama, karena sedikit saja berhenti, akan banyak makhluk - makhluk penghisap darah yang mengelilingi, pacet, nyamuk hingga lalar besar penghisap darah.. hrrr

Jalan setapak ini terus menuju hutan yang jalannya harus diperhatikan secara seksama jika tidak ingin kakimu terperangkap lumpur hingga sulit dikeluarkan.. tengah hari hujan pun turun dengan derasnya menambah ramai suasana hati. Hujan ini tidak hanya membuatmu basah kuyup namun membawa debit air yang cukup tinggi untuk hutan ini, air yang mengalir bagai air bah membuatku sedikit jeri sebenarnya, namun melihat ketenangan Irsan yang menjagaku dibelakang memantapkan langkahku. Jalanan yang tak jelas karena tertutup air, hutan yang tiba-tiba berubah bagai sungai, melawan aliran air dan kencangnya kaki harus ditancapakan agar tak terbawa arus, perjalanan yang luar biasa untukku.

-ada lagu syahdu diantara hujan bagi yang merindu- 

Kurang dari pukul 3 sore, kami tiba Waesamata, sebuah sungai besar yang hanya kami tatap tanpa kami bisa sebrangi. Hujan besar ini membuat Waesamata penuh dan sangat deras. Kami terpaksa bermalam disini dan menanti sungai kembali surut.

Kusesali lotion anti nyamuk tak terbawa, karena banyaknya ragam mereka disini. Siang dan malam sama banyaknya.

Aliran Waesamata menjadi musik latar hatiku yang sedang bernyanyi menikmati petualanganku yang sedang mengikuti arusnya. LIfe is Journey !!!

Menuju Kanike



menemukan sebatang pohon yang kering itu sungguh berharaga +-+


11 Mei 2012

Waesamata yang sudah kembali mengalir dengan tenang mengundangku memeluknya.. Baju yang sudah susah payah kukeringkan hingga sedikit terbakar justru kembali kuceburkan. entah berpa lama kuhabisakan untuk berenang dan mandi disana. segaaar


waesamata disaat surut,, ajiip buat mandi ^_^ ,, foto>>


Pukul 10, baru kelar packing dan siap jalan. kesiangan hehehe

Petualangan sesungguhnya ada disini menurutku, dimana ku harus bisa fokus pada tujuan dan jalan terus melewati jalan yang membuat bulu kudukku berdiri terus.. jiaaaaah,, hutan yang didominasi pohon durian dan cempedak ini baru saja habis masa panennya, sehingga sampah durian yang mulai membusuk memenuhi jalan.. Gott hilft mir,, berharap ga muntah atau pingsan karena bau durian masih memenuhi lubang hidungku yang sempit. Irsan menyesali karena datang ketika musim panen sudah selesai, sedangkan aku sedikit bersyukur karena telah berlalu masanya hahaha, begini saja sudah sedikit membuatku mabuk apalagi pas musimnya.. beeuh

berkali-kali kulihat Irsan mulai gelisah karena punggungnya mulai terluka.  Berat sekali beban yang dibawanya. Menjelang sore, hujan kembali turun, membuat kami memburu langkah sebelum hari gelap dan masih ada sungai yang harus kami sebarangi. dan benar saja, sungai mengalir deras. untung saja tidak terlalu lebar dan irsan sudah siap webbing.

Alhamdulillah walau perjalanan sangat berjalan lama, akhirnya tiba juga di KANIKE 17:28.



menatap lega desa yang cantik dan tertata rapi. sungguh ku langsung jatuh cinta dengan kecantikannya.

tiba di rumah Bapak Son, disediakan kamar dan bercakap-cakap sejenak menyiapkan upacara adat yang harus kami jalani sebagai adat dan peraturan desa.

Malam itu juga diadakan upacara adat. kami berdua diharuskan makan sirih dan pinang. :D , namun syukurnya tidak seperti yang kubayangkan, sebuah upacara adat yang serius, upacara ini lebih santai dan kekeluargaan.


-upacara juga msih tetep narsiiiis xixixix-

-------------------

KANIKE in Picture






12 Mei 2012

pukul 7 pagi kami sudah rapi dan siap jalan, namun karena ada pembangunan rumah baru di desa, tidak ada Guide /Porter yang mengantar kami hingga ke puncak. Sedikit cemas karena hutannya yang liar dan banyak jalan menyesatkan, yang pasti cukup menyulitkan untuk kami yang baru kesana,  Pukul 9 pagi datanglah Samy yang antar kami yang sepertinya dengan terpaksa hahah (diakuinya kemudian, namun syukurnya mudnya segera membaik)


 Alhamdulillah,, cuacana cerah hingga perjalanan lancar.


12:30 kami tiba di Waensela, istirahat sejenak untuk makan siang. lagi -lagi aku "disiksa" Irsan untuk makan lebih banyak dari biasanya T.T, dan sayangnya harus kumuntahkan kembali karena rasa sakit yang mendera pinggulku.. aah datang tidak tepat keadaannya.

Rasa sakit membuat jalanku semakin lamban dan kehilangan keseimbangan.. jatuh bangun.. berhenti.. jalan.. huft

<<-foto,,.. aishh.. kokinya mejeng dibelakang

Syukur kami tiba di Waehuhu ketika hari masih cukup terang, 16:55.. masih bisa mandi disungai kecilnya. baru kali ini aku naik gunung bisa mandi pagi dan sore hahaha

mendirikan Tenda di hari keempat :D'

Udaranya dingin menggigit lebih dari malam - malam sebelumnya. Kayu yang lembab begitu sulit dibakar untuk jadi penghangat kami yang mulai membeku, membuat Samy menyesal tak jadi memotong damar di hutan tadi. Damar akan lebih mudah dijadikan api unggun. Aku yang ingin tidur cepat pun tak sanggup menahan dinginnya dan kembali memutari trangia untuk mendapatkan sedikit kehangatan.


Setelah makan malam, dan dingin semakin dalam menggigit akhirnya kami kembali mencoba menghangatkan diri di dalam SB yang seolah tak bekerja dengan baik seperti biasanya, dan Samy masih berkutat dengan kayu bakarnya  

Berhasil tidur dengan baik namun ternyata kedua rekan jalanku nyaris tak bisa terlelap akibat udara terlalu dingin.. hmmm



13 Mei 2012

08:20, tetap tak bisa berangkat lebih pagi,, aisssh.. kembali menyiapkan kakiku yang kakukaku.. sangat semangat karena inilah waktunya menuju puncaknya..

waaah semangat dan kondisi badan tak berimbang..jalanan semakin menanjak terus,, namun kondisi hutan yang padat sudah semakin menghilang. digantikan tebing-tebing curam dengan pohon yang semakin pendek dan jarang, pertanda puncak semakin dekat. Pepohonan Cantigi mulai menampakan dirinya, membuat aku mencoba mengingat-ingat gunung di Jawa yang konturnya begitu mirip, entah Argopuro atau Merapi (sebelum letusan) atau Merbabu.. memang mengesalkan kalau punya ingatan jangka pendek..

sebentar-sebentar kutengok ke belakang melihat kondisi Irsan yang sunyi senyap.. kawan baruku ini memang tenang luar biasa, seberapa jahilnya aku dan Samy menggodanya dia tetap diam, membuatku sering  bertanya-tanya apa yang ada dipikirannya.. kapokkah dia,,, hope nicht..

berbagai macam Joke dan diskusi mengenai budaya Ambon Samy lontarkan untuk menghidupkan perjalanan yang begitu senyap ini.. wuiih terhibur rasanya menemukan partner biacara. Namun pada akhirnya aku harus berkonsentrasi ketika jalan semakin miring dan jurang-jurang terlihat jelas. Pohon-pohon yang digores parang penanda kalau itu jalan yang baru saja Samy lalui. Cerita mengenai kisah tragedi Paul berapa puluh tahun lalu membuatku lebih waspada. ya yaaa jalurnya sedikit mirip dengan puncak - makam rengganis, membuatku merasa di tanah Jawa (andai tak kulihat tampang kedua rekanku tentu saja ^_^)

12:30, kami tiba di Owaepuku, telaga dibawah puncak.. Alhamdulillah.

baru saja ku bernafas lega, Irsan dengan gesitnya meminta kami lanjut ke puncak yang sudah terlihat di depan mata.  tibalah 3027 mdpl.. dan KAKIKUKAKUKAKU pun berkibaaar.. hmm,, tapi ada satu sisi lagi yang  GPS Darmapala menunjukan 3035, kami putuskan esok pagi baru kesana, karena jaraknya yang lumayan dan kami sudah lelah untuk hari ini.


Muncaaak








Walau masih siang kami putuskan untuk bermalam di Owaepuku, untuk menanti senja dan senyum mentari pagi di tempat tertinggi di Maluku ini. Wuiiih waktuku cukup panjang untuk dapat menikmati setiap indahnya.. Kelelahan berapa hari ini terbayarkan semua. Aku berlari-lari dari sudut ke sudut, merekamnya dan berteriak-teriak sendiri.. Indahnya hidup hahah.

Menanti jingganya senja dibalik tenda,, sayang lagi-lagi hujan mengguyur kami disini. meringkuk kedinginan dan menantikan cuaca kembali cerah. Jingga pun terlewati ketika kami kembali menghirup udara pegunungan yang sejuk. Langit bertaburan jutaan bintang yang mempesonakan mataku. Oh ya, andai angin sedang tak mengarah ke tempat kami dan mengabarkan keberadaan kami pada alam ini, di tempat ini akan hadir rusa - rusa cantik nan gagah. Senja ini pun beberapa bermunculan, namun hanya Samy dan Irsan yang melihatnya, karena keterbatasan mataku.

Melihat aku tak bergerak keluar tenda, hanya menatapi bintang - bintang yang mengundangku bersenandung tentang rasa syukur, Irsan menyerahkan punggungnya untuk kutaiki. Aaah dengan senang hati kutaiki punggungnya, berasa kembali ke masa kecilku ketika aku selalu mengikuti ayahku kemana-mana dipunggungnya.. Rupanya dia membawaku ke salah satu sisi yang tinggi, menatap gumpalan awan dengan siluet ungu yang mulai menghilang, lampu-lampu kota ambon dari kejauhan.. indahaaahnyaaa membuatku tak ingin turun andai angin sedikit bersahabat. Mengembalikanku ke dekat kompor yang menyala, dengan segera Irsan dan Samy naik ke puncak mencabut bendera-bendera kami yang terancam terbang terbawa angin yang begitu garang berputar-putar.

Ketika malam semakin larut, Alhamdulillah rasa dinginnya tak sedasyat waktu di Waehuhu, membuatku berbaring sedikit santai mendengar segala macam cerita Samy sembari terpejam menuju mimpi dan sekali-kali mengiyakan segala macam rencana mereka untuk esok.


14 Mei 2012

Belum pukul empat pagi, Samy terus memanggil kami untuk bangun dan bergegas.. namun kami tetap saja asyik meringkuk dan malas beranjak.. sejam.. dua jam dan kami tergesa-gesa bangun berlari-lari ke puncak yang mulai berwarna.. syukur saja matahari di Maluku sedikit lama muncul, pukul 6 pun masih belum benar-benar muncul.. menikmati semburat senja dan dingin yang meresap sampai kedalam tulang.. untung saja tubuhku tak kurang lemak... wkwkw


Menjemput pagi 



--sampai juga cap kaki ini di puncak Binaya.. kakikukakukaku--

--berkibar--


setelah puas bermacam gaya beraksi di depan kamera,, kami segera meluncur turun untuk packing dan sarapan pagi... Untungnya malam tadi kami sudah menyiapkan agar-agar yang tinggal kami santap kini.. adeem

sekitar pukul 8.. lagi-lagi kami tak bisa juga jalan lebih pagi : berangkaaat


turun,,, jalan yang selalu membuatku jeri.. keseimbangan yang tak juga membaik.

15 menit pertama semua ok, walau perlahan.. dan grusuuuk aaaaaaaw,, upz..hmm.. kuraba punggungku.. perih.. menengok ke belakang tak ada orang. segera bangun dan mencari jalan.. rupanya perdu begitu tinggi dan menyulitkan langkahku. Mencari tanda-tanda goresan parang sebagai tanda penunjuk jalan, namun aku mulai bingung mana goresan atau kupasan alami.. aah lagi-lagi turunan membuatku semakin bodoh.. ketika langkah yang kupaksakan membuatku makin sulit bergerak dan justru mengancamku semakin meluncur ke jurang.. aku pun berteriak.. aku lupa kalau suaraku akan menggema yang membuat temanku sedikit kesulitan menemukanku..

ketika pada akhirnya mereka menemukanku dalam keadaan sulit berdiri dan tertutup perdu - perdu tinggi, entah apa yang ada dibenak mereka.. namun Irsan dengan cepat menuju ke arahku dan memegangiku dengan kencang menuju jalan yang benar. haisssh malu rek merepotkan ae. sepertinya dia cukup paham dengan penjelasanku semalam tentang aku dan turunan, sehingga tak ada ada kata-kata, hanya senyum penyemangat.

setelah jalur tebing yang berhasil kulalui, jalur semakin mudah dilewati,, Irsan pun dengan gesit berlari membuatku turut berlari mengejarnya dengan tongkat ditangan.. dan pletaak gedabrukz.. hukz
tongkat yang buat orang memudahkan, justru membuatku terpelanting.. haiyaaks..

mendengar suara benturan keras dan teriakan Samy yang meledekku habis-habisan, Irsan pun berhenti dan dengan tampang tak percaya,, "kamu jatuh (didataran)? sakit?" ketika kujawab kalau lebih sakit daripada di tebing tadi, dia cukup terkejut mendengarnya.. menatap lama seperti kehilangan kata-kata.. tersenyum canggung, dan habislah riwayatku kini.. diapiiit terus diawasi bagai makhluk rapuh yang bisa hilang atau remuk begitu saja.. Baiklah... aku memang sang petualang nekadz yang hanya mengandalkan nyali.. @.@

Kami terus melaju menuju Waehuhu.. mengisi air dan lanjut ke Waensela.. namun emosi ku mulai sedikit meninggi disini. Perjalanan turun yang biasanya dapat orang tempuh jauh lebih cepat daripada ketika naik, justru aku kebalikannya.. waktu yang kutempuh lebih lama. dan aku berasa melewati jalan yang sama terus menerus, selalu menengok ke belakang memastikan Irsan masih bersamaku.. namun dia tak merespon kepanikanku.. aah ku pikir memang kebetulan saja pepohonannya begitu homogen, hingga semuanya begitu mirip. dan sedikit merutuk Samy yang meninggalkan kami begitu saja.

berkali-kali aku salah jalan dan kembali diluruskan Irsan.. Alhamdulillah akhirnya sampai juga sebelum pukul 5 sore, walaupun perhitungan kami harusnya kami tiba sebelum pukul 3... bahkan mungkin siang hari dan lanjut ke Roho, namun ya beginilah kalau pendaki bermasalah dengan turunan.. bermalam lagi di Kanike


15 Mei 2012

07:20,, melanjutkan perjalanan kembali ke desa Roho. Ditengah perjalanan ketemu pendaki-pendaki yang meramaikan ulang tahun TN Manusela,, wuiih rasanya legaa banget. Setelah seminggu naik turun kerap kali hanya berdua, ketika bertemu pendaki lain berasa ketemu kehidupan, terlebih mereka mengenal Irsan,

Semakin sore rasanya lelahku mencapai puncaknya.. merasa sepi. seminggu berjalan mulut cerwetku lebih banyak diam dan semakin lama saja berjalan huhuhu...

16:20,, sampe Roho. Alhamdulillah. Menginap di rumah Bang Nik untuk malam ini.

dan yang selalu membuatku semangat kembali...menceburkan diri kedalam sungainya yang jernih

menikmati malam ini bersama orang - orang yang hangat, abang Nik, Mama Opa, dan si kecil Pandri. berbagi teh dan biskuit, berbagi kisah dan cerita.


16 Mei 2012

Sekitar pukul 7 pagi, kami sudah siap mengejar hari ini untuk sampai ke Huaulu sesegara mungkin. Merindukan keramaian.. Berangkaat

Keluar dari Roho, kami dihadapkan sungai besar. Menyebranginya dan mengikuti alurnya seperti yang dipesankan Mama Opa, Samy dan yang lainnya (setelah diterjemahkan Irsan tentunya). Sejam dua jam aku masih bisa menikmati perjalanan walau ini perjalan terbasah yang pernah kulakukan. Bertahan dan melawan arus yang semakin deras, menyebrang, memanjati batu-batu besar dan mengejar ikan-ikan kecil dibantarannya. Namun kepalaku mulai berdenyut ketika ikan-ikan itu semakin besar, dan debit air semakin tinggi sedangkan kaki-kakiku mulai goyah. Berusaha mengingat keras jalur waktu berangkat, rasanya sangat berbeda. Ketika kami akhirnya menemukan sungai kecil, hatiku sedikit lega, kaki-kakiku sedikt bisa bersantai. Setelah beberapa waktu mengikuti jalurnya dan tak ada tanda-tanda akan menemukan jalur manusia kami mulai sedikit prustasi dan memutuskan kembali ke sungai besar.

Sejam dua jam, perasaanku makin tak karuan. Sungai ini tak berujung dan pasti ada yang salah. Akhirnya Irsan memutuskan kami harus kembali ke Roho sebelum hujan dan kami hanyut dibawa arus. Berteriak-teriak sendiri mengeluarkan emosi dan rasa putus asa mengingat kamu harus kembali melewati jalur yang luar biasa ini dan kepulanganku tertunda.

Sungai semakin deras dan kedalamannya mencapai pinggangku, yang otomatis merendam sebagian carrierku dan tentunya menambah beratnya. Irsan semakin kencang memegangiku agar tak hanyut karena aku semakin tak fokus. Awan semakin gelap mengancam kami untuk segera berlari kalau tak mau celaka. Doa-doa permohonan ampun mulai kupanjatkan.. Tuhan aku ingin pulang.

Hampir pukul 6 sore kami tiba di Roho tepat ketika hujan tertumpah.. Subhanallah.

Melihat kami datang dengan basah kuyup dan bertampang kuyu, Mama Opa dan keluarga datang menyambut kami dengan hangatnya. Singkong rebus dan air panas dikeluarkan. Kami dipersilahkan tinggal semalam lagi. Kehangatan yang mencairkan ketegangan kami. Ternyata si kecil pandri membaca jejak kami namun tak ada yang mempercayainya.

Walau tertunda pulang, namun syukurku luar biasa masih bisa merasakan ubi rebus yang kami beli dari Mama dan teh manis hangat disertai tawa dan canda.  Namun aku menyesali membeli ubi - ubi ini dari Mama Opa, karena ternyata adat mereka melarang memakan barang yang sudah mereka jual, membuatku sangat khawatir kalau mereka tak ada makanan lagi. Susah payah aku membujuk mereka untuk makan bersama, namun tetap saja ditolak.

Kami tidur dengan pikiran tenang karena Mama berjanji mengantar kami hingga melewati cabang-cabang yang menyesatkan.


--malaikat-malaikat Binayaku, Mama Opa, Abang Nik, dan Irsan--


17 Mei 2012

07:15, kami bertiga keluar dari desa. Ternyata setelah menyebrangi sungai besar, ada satu jalan kecil yang tak terlihat oleh kami, karena pepohonan menutupinya. Kembali masuk ke dalam jalan berlumpur dan menemukan beberapa cabang sungai. Ketika persimpangan - persimpangan sudah tak ada lagi, kami pun berpisah dari Mama. Terima kasih Tuhan, karena ada Mama Opa yang begitu baik.

Setelah sungai - sungai ini berakhir kembali menyurusi jalan berlumpur dan setapak yang terus menanjak, membuatku bertanya-tanya kenapa jalanku jadi terbalik, turun gunung tapi justru mengarah naik, pantas saja waktu berangkat lebih lama (bermasalah dengan turunan).

Setelah naik turun yang kulalui dengan energi penuh, sekitar pukul 10 pagi kami sudah menatap Huaulu.. membuatku berteriak kegirangan . 3 jam saja sudah sampai, dan kami menghabiskan seharian kemarin di sungai... tweweeeew 

Lolongan anjing dan sapaan hangat kembali menyambut kami.. indahnya dunia

Berhenti di kali, bersih - bersih dan mengganti pakainku yang berlumpur. santaai tanpa menyadari perjalananku belum berakhir.

Ternyata perjalanan menuju halte pun tak kalah menguras tenaga. Jalanan berbatu yang terus naik dan panjang disertai teriknya matahari berhasil menguras keringat dan mewarnai kulitku lebih gelap.Tepat tengah hari rupanya.

12 Siang kami tiba di halte. membuat kopi dan bercengkrama dengan orang - orang di halte yang tertarik dengan cerita kami.

berkumpul dengan orang-orang yang juga menuju kota, akhirnya kami menumpang mobil yang menuju Masohi. Di Masohi serelah beramah tamah dengan ibu seperjalanan yang dengan baik hatinya menawari rumahnya, namun kami memilih menuju Basecamp Kompas Maluku untuk bermalam sebelum esok hari melanjutkan kembali ke kota Ambon.

Huaaah akhirnya perjalanan ini pun berakhir.. Sebuah perjalanan tersunyi, terpanjang dan menegangkan  namun sarat makna dan kenangan. ich werde immer erinnern.. 
perjalanan menuju masa depan?? kita nantkan di episode berikutnyaaaa 

-----
NB:
1. musim hujan di Maluku berlangsung dari Mei - September yaa.. so prepare lebih baik kalau mau ke BINAYA..
2. tarif bus ambon - kobisontah, turun di Huaulu @150rb,  alternativ lainnya bisa pakai kapal cepat ( 90rb) ke Masohi dari pelabuhan Tulehu  lalu lanjut bus yang menuju Sawai dan turun di halte Huaulu

3. Porter harus berganti tiap masuk desa, dan tarif beragam, baiknya cari info update tarif disana atau hubungi BTN setempat untuk menghindari hal-hal yang merugikan.
4. karena masuk taman nasional wajib lapor dan urus simaksi.
5. have fun yeee :D



Dari Balik Lensa


berdua berbagi cerita


jamur hitam khas Binaya


Ada yang tahu ini apa??

cara membaca jalur disana dengan mengikuti goresan parang di pohon .. huft


Kupu-kupunya jumbo

di waensela,, hmm karbohidrat semua tuh

Puncak Binaya dari kejauhan

--Owaepuku dari puncak--

JALUR


--tebing sebelum puncak..turuuun--

jembatan menuju Kanike



pohon bambu yang tumbuh subur hingga menutupi jalur 

sungai dan sungai
>>antara puncak-kanike ada sekitar 6 anak sungai yang disebrangi<<


-------


yang akan ku rindu... darmapala und papedaaa 



terima kasih terbesarku untuk... IRSAN


numpang lewat ^_^



6 komentar:

  1. wow kk wow ,terharu ... sebuah destinasi tingkat dewa yang memberikan dan menggali makna makna yg dewa juga , binaiya sebuah coretan kecil ttg seven summit indonesia yg terbilang sulit ( my versi ). kapan nubie seperti saya bisa k sana :

    :tabah sampai akhir

    BalasHapus
  2. aiishh,,, muali sebel kalo sesepuh merendah hukz

    BalasHapus
  3. wew...rili..rili..emeizing kakak :D long..long journey... TOP dah :D

    BalasHapus
  4. panjang banget ceritanya.. tp seru seruu..

    BalasHapus