Ketika di atas puncak masih ada puncak
Tanpa banyak cakap dan woro-woro bertiga memulai perjalanan,, menuntaskan misi Garut… haiyaaks,, Guntur Cikurai Papandayan dalam rencana di kepala @_@
Memulai dari Guntur..
06:40,, 2 Juni 2011, dengan mata segaris turun di Pom Bensin Tarogong dan segera menyadari carrier ku yang tertukar.. upz hampir saja..
Menghirup udara sejuk dan jauh dari kebisingan seperti meresapi secangkir Capucino hangat,, nikmat sekali rasanya..
Seperti halnya orang-orang ndeso yang datang ke kota dan kerap kali jadi bulan-bulanan calo terminal., rupanya tak ubahnya kami yang bertampang katro yang terpesona dengan senyum manis pak supir dan mencontoh prinsip Abu,, “ daripada kecopetan” :D
09:30,, Memulai dengan jalan santai,, pemanasan…. Dan truk pasir pun lewat, meringankan kerja betis kami..
09:30,, Memulai dengan jalan santai,, pemanasan…. Dan truk pasir pun lewat, meringankan kerja betis kami..
Terlempar-lempar bagai naik banteng rodeo menyaksikan pemandangan yang menghunus ke hati,, bukit-bukit yang gundul, meranggas dan bahkan habis ditambang,, demi kebutuhan perut, entah perut siapa yang terpuaskan ??.. teringat perkataan Bapak penjual lontong pagi tadi,, “sekarang sudah tidak bagus lagi neng, sudah tidak indah kaya dulu”,, weew.. semoga masih ada yang tersisa untuk anak-cucu kita kelak.
Perjalanan berasa lambat dan santai, menikmati setiap langkahnya … hmm,, mencari-cari jejak kejengkelan dari dua pelari gunung disebelahku,.. dan tidak kutemukan Alhamdulillah.. liebe euch.. ^_^
Menjelang siang perjalanan mulai berasa ritmenya, menyusuri sungai-sungai kecil hingga terus menanjak yang membuat kaki-kaki siputku kewalahan, dan sandal gunungku pun menyerah.. suara curug Citiis serasa berlomba dengan derap jantungku, membakar adrenalin dan memompa semangatku.. yupz yupz Curug itu semakin mendekat!
Ketika pada akhirnya sudah di depan mata, kami hanya bisa melambaikan tangan.. nanti saja kami kan kembali mereguk bersama indahnya.
Melewati kawasan Curug, kami terpesona satu bukit yang berwarna keunguan.. bukitnya gundul dan hanya ditumbuhi oleh ilalang-ilalang berwana keunguan, cantik sekali warnanya.. “Aaah puncaknya sudah deket,, nanti saja kami kembali ke Curug” sepakat kami.
Indah sekali perbukitan dengan hamparan ilalang, yang sayangnya tidak seindah jalurnya. Tapi tentu saja tak pantas aku mengeluh, bukankah seperti halnya hidup, untuk mencapai puncak kita harus bersusah payah untuk merangkak ke atas.
Bertemu dengan pendaki-pendaki lokal yang menjelaskan kedudukan puncak dan kawah yang semakin mendorong kami.. gambaran keindahan kawah dan kalderanya, tentang api biru yang kerap muncul dari dalam kawah, dan kalimat kuncinya, “kelelahan semua ini akan tertebus bila sampai kawahnya”,, weeew kalimat yang provokatif.
Seolah tak cukup dengan kalimat provokatif itu, Abu menggambarkan keindahan kawah Guntur berdasarkan lukisan seorang warga negara Belanda, tak kusangka Makhluk sekaku ini mengenal lukisan.
Memastikan air cukup untuk bermalam dan melanjutkan perjalanan dengan semanggat yang lebih merah. Bukit pun terlihat semakin jelas, puncak semakin mendekat… daaan,, eeet masih naik lagi semakin runcing, membuat semakin tak sanggup berdiri tegak lurus.. ajiiip… kuku-kukuku mulai menancap dikerikil-kerikil yang terus saja mengundangku tuk turun kembali.
Lagi.. lagi dan lagiii.. setiap ku yakin sudah mendekati dan akan tiba di dataran, selalu ada bukit yang lebih tinggi dan terjal menantang.. upz,, meni pedi alami tuk kuku.. Tuhan.. Aku butuh dataran sebelum kakiku tertukar dengan batu.. :((
Senja mulai tampak perlahan,, merona jingga mengundang mata tuk terus menatap. Semakin lebar saja jarak antara aku dan mereka. Mungkin benar kata seorang kawan, kalau kaki – kaki mereka sudah tertukar dengan kaki meja, sehingga kerikil-kerikil dan jalur yang menukik bukanlah penghalang,, tancapkan saja.
Semakin gelap semakin babak belurlah.. baru saja ku senang melihat jamud berdiri memanggil disebuah dataran sempit, dan kerikil-kerikil itu kembali menarikku main prosotan tanpa ampun… dan baru bisa tehenti ketika sebagian tanganku benar-benar menancap.. @_@ pediih
Rasanya ingin menyanyi lagu yang dulu sering kunyanyikan waktu mengajar di sebuah TK kelililng.. “kura-kura kenapa jalanmu lambat,, apa tidak dapat lebih cepat?.. bagaimana ku bisa berjalan cepat, beban yang kubawa sangat berat” huaaaaaaah
Walau aku memang pendaki super amatiran, tapi semangatku nyaris tak pernah terkalahkan dengan medan, namuun kini,, semangat itu bagai kertas buram yang hancur sekali remas.
Ketika pada akhirnya tiba dihadapan Jamud, sungguh aku merasa mereka makhluk tertampan di muka bumi… Shah Rukh Khan dan Leonardo Di caprio mah lewaaat… -lebaaai-
Weeew,, benar-benar di luar dugaan… rencana pun bubar jalan..
03 Juni 2011
Sesegar udara pagi itu, kami melanjutkan perjalanan ke puncak yang tertunda kemarin, hanya dengan berbekal air terakhir, dan beberapa pengganjal perut puncak pun kami tuju. Pemandangan yang luar biasa indah benar-benar obat dari segala penatnya hidup.. bukit yang berselimutkan ilalang dan hamparan pegunungan garut yang berhiaskan kumpulan awan putih adalah lukisan alami yang tak pernah puas dipandang.
Satu bukit terlewati, tibalah di triangulasi BMG, yang menunjukan titik puncak dari Guntur….. upff,, ternyata tak jauh dari tempat tenda berdiri saat ini. Dan Kawah??.. dua bukit lagi kawan, KONON!!!
Bukit kedua setelah puncak pun berhasil terlalui,, hutan… setelah seharian penuh menghadapi bukit-bukit gundul, kini kami bertemu hutan,, berasa sedikit adem dan rieuweh…. Banyak jalur!
Kubiarkan saja ksatria-ksatria berkaki kaki meja ini saling berdikusi dan menarik kesimpulan,, toh ingatanku tak pernah beres untuk mengingat rute dalam bentuk apapun.. berjalan dengan pedenya mengikuti jalur dan bertemu jalur berikutnya dan menyadari kami kembali ke titik awal… huahahaha… ingin tertawa terbahak-bahak rasanya kalau tak melihat tampang kedua rekanku yang mulai serius. Kabut menutupi pandangan.
Jempolku mulai menari lincah diatas tuts hape (bagus sekali signal di gunung ini), menanyakan siapapun yang bisa membantu atau memberikan sedikit petunjuk tempat Kawah Guntur bersembunyi malu,, tapi rupanya tak jawaban yang memuaskan hasrat penasaran kami.
Sejam sudah kami duduk terdiam dengan pikiran masing-masing, benarkah kami menuju sesuatu, atau sesuatu itu hanya berada di imajinasi kami,, ketika akhirnya kami mencoba sekali lagi dengan melihat lebih teliti dan menajamkan hidung kami mengendus setiap aroma belerang yang mungkin akan menuntun kami ke arahnya. Menerobos jalur yang sudah tertutup cabang dan ranting pepohonan serta terus menurun. Kabut berakhir jalan pun semakin jelas.. dan berhasiiiiil, daaan terperanjat.. @_@ kaldera yang bagus, api biru dan lain-lain itu hanya ada dikepalaku yang sarat dengan imajinasi berlebihan.. suara-suara cempreng mulai menghiasi lembah ini.. Jamud pun beraksi bersama Shah Rukh Khan dan jajarannya.. Ajaib sekali rasanya melihat kegembiraan mereka yang terus menyala.. Guntur Menggila..
goyaang maang..
Puas bergoyang, dua pasang kaki meja itu bergerak lincah kembali naik ke atas, tanah lunak dan mengepul tak sanggup menghalangi mereka. Hampir saja aku berdoa,, ya Tuhan tukar saja kakiku dengan kaki meja, hingga aku sanggup menyamai langkah mereka.. upz..
Mereka kembali jadi pelari gunung,, terus berlari kembali ke tempat dimana tenda kami tertambat, dan aku masih tertahan dengan keindahan dan ketenangannya, rasanya igin beguiling-guling, melompat-lompat dan berteriak-teriak.. serasa dunia milikku seorang.. (~_~)
HATI-HATI DENGAN GUNUNG, mungkin itu yang harus kami usung ke depannya. Gunung tidak hanya memberikan ketenangan namun juga menimbulkan KEGILAAN!! Percayalah kawan, aku saksinya!! si domba kriting, Jamud menjadi gila karenanya.. dimulai dengan “Mohabbat” suara-suara cempreng khas negeri Ghandi, mulai meramaikan lembah yang sepi,, dan Guntur pun bergoyang,, benar-benar bergoyang. Syukur saja ku tak bersari, tak akan sanggup kuberhenti.. yuha. Goyaaang maang’
Matahari semakin meninggi dan tepat di atas kepala,, harus segera turun sebelum terjebak tanpa air.. bagaimana ya ngesot yang nyaman?..
“Naik adalah Pilihan, Namun Turun adalah kewajiban” Cadas !!!
berdiri dengan lutut yang mulai loncer. Segala gaya dicoba untuk bisa melaluinya, menyusul kaki-kaki meja yang mempunyai keseimbangan cukup prima.
Srosoooot.. sekali… ah biasa.. (O.o) dua kali… biasa aja.. tato tato baru semakin keren terukir… (-_-‘)
Dan Tuhan memberikan aku kesempatan untuk mewujudkan khayalan gilaku yang tergila-gila adegan kungfu film china klasik, CIAAAAT,, JELEDUUUG… @_@ salto dengan gaya yang sungguh pantastisch.. seketika dan cepat… uyeeeeeeeee
Berasa panas dan perih di mata hingga pipi kiriku.. memastikan kaca mataku aman, leher ok, dan yang lain baik-baik saja… berteriak-teriak memanggil dua rekanku,, aah jauh nian.. remuuk
Selalu ada jalan untuk bergembira dan menikmati setiap hal dalam hidup, termasuk ketika tak ada lagi pilihan selain turun. Masih ingatkah kalian rasanya berseluncur di sebuah prosotan atau taman bermain, nikmat bukan??.. dan ini rasanya lebih dasyaaaat..
Ikuti alurnya,, pasang posisi yang benar, siapkan tangan tuk mendayung sekaligus menyingkirkan sesuatu yang bisa mengancam.. yihaaaaaaaaaaaaaaaaaa… srooot srooot sroooooot proosooot :DDD
Dan lagi-lagi Jamud dan Abu terlihat bagai makhluk tertampan yang Tuhan ciptakan.. terlebih ketika mereka tak bisa menyembunyikan senyum melihat tato baruku yang terukir indah (~_~)
Selebihnya tinggal jalan perlahan, ngesot atau apapun dan tibalah diujung jalan, tanpa ada kesempatan mereguk manisnya Citiis.. langsung lanjuuuut menuju Papandayan..
…. GUNTUR akan Selalu MENGGILA dalam kepalaku..
-Yang Terekam dari balik Lensa-
trek awal... santaaai
papan peringatan pemerintah tentang penambangan... ???
peraturan dan undang-undang hanya formalitas belaka.. T.T
mengintip Cikurai dari kejauhan
narsis di atas kawah
kangennnn..menggilaaaaa..ahahahaa
BalasHapussama hahahaha
BalasHapus