Dataran tinggi Dieng ( Dieng Plateu)
Tidak ada niat kami untuk menjelajahi tempat ini awalnya.. bermula hanya ingin berpartisipasi Napak tilas Banjar Negara, yang konon kata penggemar napak tilas, napak tilas banjar negara selalu menyuguhkan track yang menantang adrenalin serta panorama yang luar biasa dari kawasan dieng…
tapi ternyata,,, track yang dilalui hanya berupa hutan homogen berlumpur (karena hujan) yang jadi berasa sangat membosankan, terlebih lagi karena benak kami sudah dipenuhi dengan bayangan indahnya Dieng… dengan sangat terpaksa saya dan peggy pun terpaksa pamit dengan panitia dan rombongan dari Jakarta lainnya…
kami pun siap petualangan berikutnya…
DIENG… Tunggulah kami..
Mendengar kami ingin menjelajahi DIENG, panitia NT Banjar dengan baik hatinya menawarkan bersedia menjadi pemandu kami dan menyediakan penginapan gratis.. (hmm… mau mau… ^-^), jika kami mau menunggu hingga NTnya selesai… tapi maaf teman, kami tak punya waktu cukup kalau harus menuggu (engga dapat cuti seehh… huhuhu..), lagipula kami tak ingin merepotkan.. terimakasih banyak tawarannya.. mudah-mudahan kami masih bisa ikut NT Banjar periode berikutnya..
Jiaah… CEDENGPALA beraksi lagi..
DIENG… Tunggulah kami… *again*
26 Desember 2009
09.00… dari ETAPE II NT Banjar Negara
Berdasarkan petunjuk yang kami kumpulkan, saya dan Peggy melaju menuju pasar wegi untuk melanjutkan ke WONOSOBO. Dari Wonosobo perjalanan dilanjutkan ke DIENG tentu saja.. yeah..
Naik turun mobil dengan carrier dan ransel segede orangnya.. ups.. matabz lah cuy.. (si peggy rupanya membawa perbekalan hingga tahun baru hahahahaha….)
11.30… DIENG
Brrrrr.. Dingiiiiiiiiiiin… kata yang pertama kali keluar..
tengah hari begini, di Jakarta pasti lagi panas-panasnya Matahari membakar kulit… eeh di sini,, kabut menutupi pandangan mata.. Subhanallah..
tin.. tin.. ojek pun menyerbu kami… upfh.. sabar dulu donk pak… $%$@@##
dengan sedikit jalan kaki, kami memasuki kawasan candi Arjuna.. tarif yang dikenakan Rp. 8.000/orang (ini tarif liburan Natal dan tahun baru loh,. Tarif normalnya pasti lebih murah). Tiket ini juga untuk terusan ke kawah sikidang.. tapi rupanya karena penjagaannya tidak ketat, banyak juga yang masuk tanpa membayar tiket… *jangan ditiru ya… PEMDA setempat kan butuh dana juga untuk pemeliharaan*
kami tidak langsung berkeliling, tapi istirahat sejenak di warung yang banyak buka di kawasan ini.. warung yang letaknya paling dekat dengan mushola, yang paling bersih dan dijaga ibu yang baik hati lah tempat kami banyak menghabiskan waktu..
menghangatkan diri dengan secangkir kopi dan teh panas (yang dalam waktu singkat kembali dingin hehehehe), serta sate kelinci yang sudah dipindahkan ke dalam mangkuk… makyuss banget dah..
setelah perut kenyang dan sedikit hangat dengan jaket dan kupluk kesayangan, kami segera mencari penginapan untuk bermalam malam ini.. rata-rata tarif permalamnya Rp. 150rb, entah karena memang sedang ramai pengunjung atau memang sudah standarnya segitu. . wuiihh bisa langsung tongpes neh.. tapi berdasarkan info yang kami dapat dari ibu pemilik warung, ada penginapan yang semalamnya hanya Rp. 50rb saja.. namanya penginapan sederhana.. waaah boleh juga tuh dicoba..
Setelah berjalan kaki sekitar 15 menit dan melewati tempat kami pertama turun, akhirnya kami menemukan penginapan yang dimaksud si ibu..
Seperti namanya, penginapan ini sederhanaaaa banget.. rumahnya rendah dan berbau lembab..
ketak-ketok, celingak-celinguk, salam… tidak ada yang menjawab… wuiiih berasa ngunjungin rumah kosong.. setelah kami ingin pergi, barulah si ibu pemilik rumah dengan rambut kriting panjang terurai datang mengejutkan kami.. wew… *-* jadi inget film-film kolosal.. (mak lampir dan sejenisnya.. )
harga penginapan sesuai dengan kantong kami yang pas-pasan, kamar yang disuguhkan pun okelah kalau hanya untuk bermalam semalam saja,, toh tak beda jauh dengan kamar nenekku di kampung..
tapiiiii…. Jam sepuluh malam kami sudah harus ada di kamar, di kunci dari dalam dan tidak boleh keluar…
woooow…. Apa kata dunia, kalau aku dan Peggy, wanita-wanita kalong yang nyaris tidak bisa terpejam sebelum pukul satu atau dua malam dipaksa tidur sebelum jam sepuluh… *&%^@##@.. Bisa jadi liburan yang menyedihkan banget neh..
terpaksa kami tinggalkan tempat itu, sambil berpikir tinggal dimanakah kami..
clingak-clinguk, kami temukan masjid.. hmm.. tinggal di sini lumayan juga nih… ga bingung bersih-bersih dan sholatnya tentu saja.. hohohoho..
tapi bagaimana dengan tas-tas besar kami yaks??..
kami pun balik lagi ke warung si ibu,, dengan menyingkirkan urat malu jauh-jauh, kami titip tas-tas kami selama waktu yang dibutuhkan.. dan siibu ternyata bersedia… waaah baiknya..
tempat bermalam, dan urusan tas yang ngerepotin sudah teratasi… saatnya kita bersenang-senang..
13.10.. mengelilingi kawasan candi Arjuna.
Di kawasan ini ada lima candi yaitu Candi Arjuna, Candi Semar, Candi Puntadewa, Candi Sembadra, dan Candi Srikandi. Komplek Candi Arjuna Dieng ini baru diresmikan oleh Menteri Kebudayaan dan Pariwisata, Ir. Jero Wacik, SE pada tanggal 28 Juli 2008. Kawasan ini menyuguhkan pemandangan cantik dataran yang luas dengan taman dan jalan yang setapak yang tertata rapi. Selain itu kawasan ini masih terus dalam perbaikan dan pembangunan.
Ketika asyik berfose di sini, aku dan Peggy dikejutkan kedatangan teman-teman kami dari Brebes, Rofi’I, Anita, dll yang ternyata kabur juga dari NT Banjar.. wuiih rame dehw.
Ketika merundingkan tempat mana lagi yang akan kami tuju hari ini, hujan pun meramaikan suasana.. hujan yang kata warga setempat akan memakan waktu lama.. wadooh..
Sembari menunggu hujan reda, kami menikmati jagung bakar dan secangkir kupi.. wuih mantabz..
Karena banyaknya objek wisata di DIENG, Aku dan peggy menawar ojek untuk mengantar kami berkeliling hingga esok hari… 60rb/orang.. lumayanlah.. –tidak ada angkutan umum di wilayah ini-
(tapi tidak lama setelah deal dengan tukang ojek, kami mendapatkan info kalau ada penyewaan motor,, padahal sebelumnya kami sudah cari tahu dan tidak ada.. ternyata memang mereka tidak secara terbuka menyewakan motornya, karena sering terjadi pencurian. Jadi mereka cukup hati-hati.. tapi karena sudah deal dengan tukang ojek ya sudahlah.. cukup info buat yang ingin berpetualang ke sana..)
Hujan tak kunjung reda, hari pun semakin sore.. waah bisa mati gaya neh..
Akhirnya kami pun berpisah dengan teman-temanku yang entah melanjutkan ke mana.. aku dan Peggy putuskan menerobos hujan melanjutkan ke telaga warna.
16.15… mengelilingi telaga warna
Hujan yang tidak kunjung reda tidak menyurutkan niat kami menjelajah tempat ini. Tiket masuk tempat ini Rp. 6.000/orang (harga libur Natal & Tahun Baru loh…) ditempat ini, karena sudah terbiasa hujan, ada penyewaan payung besar seharga Rp.5.000 sepuasnya. Jadi deh kita jalan-jalan.. ^_^
Telaga ini konon kabarnya merupakan kawasan belerang yang sudah mati hingga akhirnya terbentuk menjadi telaga. Telaga ini memantulkan aneka warna-warna yang indah, terutama hijau tosca, yang disebabkan endapan belerang di dasarnya. Seperti di kawasan candi arjuna, penataan wilayah ini juga sudah cukup baik. Di sebelah telaga ada juga kawasan yang ditumbuhi ilalang berwarna keemasan.
Di dalam kawasan ini juga terdapat banyak gua seperti Gua Sumur, Gua Semar dan Gua Jaran. Menurut cerita yang kami dengar dari orang-orang sini, para tokoh kita seperti Bung Karno (pernah bersemedi di sini selama tiga hari), Pak Harto (semalam, sebelum menyatakan dirinya menerima Supersemar)..
so kalau mau jadi presiden, bersemedi aja dulu di sini wakakakak..
Naudzubilah min Dzalik… ya Allah lindungi iman kami…
Di sini juga terdapat batu tulis dan patung Gajahmada.. kami sampai berkeliling batu mencari tulisan apaan … eeeh ternyata disebut batu tulis karena ada palsafahnya.. bahwa pada dasarnya kehidupan manusia itu sudah tergariskan dan sudah ditulis oleh Yang Maha Kuasa..,, batu itu hanya sebagai symbol.. pfuuh
Setelah puas mengambil gambar, mengunjungi para eyang di gua, memandang indahnya telaga warna dan lelah naik turun tangga yang entah dimana ujungnya,, karena ada panah yang menunjukan arah DPT (Dieng Plateu Teather), sampai-sampai ojek-ojek itu menjemput kami karena kahawatir kami hilang hahaha… untuk ke DPTnya dilanjutkan esok harinya.. kami pun kembali ke warung si ibu yang berada di kawasan candi arjuna tersebut.
17. 45.. Karena hari sudah mulai gelap, dan hujan masih terus rintik-rintik.. tempat-tempat wisata lainnya sudah pasti di tutup, karena memang masih minim penerangan, kami pun berpisah dengan mamang ojek dan dijemput kembali esok harinya untuk mengejar sun rise di puncak cikunir.
Hari semakin gelap, suhunya pun semakin rendah.. dingin menggit tulang… sudah dobel jaket yang kukenakan, kupluk sudah menutupi kepala tetap saja masih menggigil.. tidak terbayang kalau kita datang di musim kemarau, sekitar bulan Juli dan Agustus.. karena pada bulan ini suhu bisa dibawah 0, dan bisa turun salju.. woow… salju ternyata tidak di Jayapura saja..
Brrr.. dingiiiin
Sudah bersih-bersih, sholat dan bertempur dengan air yang sedingin es… Waktu lama sekali beranjak,, berasa malam sangat lama. Ingin jalan-jalan di candi ini tetapi jalanan gelap.. karena lampu-lampu yang sudah dipasang sering dicuri orang.. wew.. @_@
Mengetahui kami berencana menginap di Masjid, si ibu pemilik warung meminjamkan kami dua selimut besar.. waaaah…
Mata tak jua mengantuk, mulai garing mau ngapain, dan malas jua beranjak, akhirnya kami putuskan bermalam di mushola kawasan candi saja.. karena di tempat ini masih jauh lebih ramai dibandingkan tempat lain.
21.00… berguling-guling dalam selimut tak membuat tubuhku hangat..
Mencoba menghabiskan waktu dengan membaca novel yang kubawa, berusaha mengalihkan dingin,, hingga si bapak penjaga toilet membawakan satu tungku bara beserta kentangnya..
Ngobrol ngalor ngidul mengenai kehidupan warga sini.. serta si bapak yang bisa tidak tidur hingga berhari-hari untuk menjaga mobil pengunjung.. Masya Allah..
21.30… cacing-cacing perutku berontak kedinginan dan lapar..
warung si ibu pun sudah tutup.. akhirnya kami menyatroni warung satu-satunya yang masih buka.. namun ternyata nih warung ditinggal tidur pemiliknya.. looh
akhirnya dengan izin bapak-bapak yang bertugas di sana, aku dan peggy mengacak-acak isi dapur dan warungnya.. memasak mie, baso, dan apapun yang kami temukan.. bahkan hingga menyuci perlengkapannya pun kami lakukan sendiri.. wahahahaha.. malam yang menakjubkan teman.. tapi semua ini kami bayar esok harinya…
sembari menemani kami makan, Pak Suwignyo, yang juga bertugas di DPT menjelaskan banyak hal tentang Dieng..
Dieng berasal dari kata Di dan Hyang yang diambil dari bahasa Sansekerta. Di itu berarti tempat, dan Hyang berarti para dewa.. jadi Dihyang yang akhirnya dibaca Dieng berarti tempat kediaman para dewa.
Dari Pak Suwignyo juga kami tahu tentang palsafah batu tulis, serta kisah-kisah dibalik gua yang ada di telaga warna. dan tempat-tempat indah yang ada di Dieng.. Bahkan beliau mengajak kami naik ke Gunung Perahu.. andai aku dapat cuti… huhuhu
Di Dieng juga terkenal dua kali sun rise, Gold dan Silver. Sun Rise Gold kita dapatkan dari Puncak Cikunir, sedangkan Sun Rise Silver dapat kita lihat dari kawasan Telaga Pengilon sebelum pukul 7.
Berbincang-bincang hingga larut malam, ditemani secangkir besar jahe panas, jagung bakar, dan cerita-cerita yang unik sungguh malam yang menyenangkan.. untung tidak jadi nyewa kamar..
27 Desember 2009
00.10... mata sudah berat dan karena kami harus bangun sebelum pukul 4, maka sudah saatnya tidur.. malam terdingin sepanjang sejarah hidupku…pfuh
03.40… memaksakan diri untuk bangun, dan bersiap-siap mengejar sun rise.. Brrr
04.10… sudah benar-benar siap tempur.. menghangatkan diri dengan teh hangat.. yiaaah tariik mang..
05.15… Puncak Cikunir
waah… langitnya tertutup kabut.. gagal deh lihat si aki tua nongol.. mana si ojek yang menyalahi janji udah bikin kesel pagi-pagi..
Tapi ternyata pemandangannya tetap luar biasa.. Sindoro, Sumbing, Merapi, Merbabu terlihat jelas sekali. Waaah jadi pengin naik lagi hehehehe..
Dari atas sini juga terlihat telaga kodok (kenapa ya disebut telaga kodok???)..
Puas ambil gambar, kami pun turun lagi.
07.15… kembali ke warung.. sun rise silvernya pun sudah tidak terkejar… huhuhuhu
Sarapan pagi dulu sebelum ke tempat lainnya.
07.45… kami mulai perjalan berikutnya.. Sumur Jalatunda..
Sumur Jalatunda, sumur terbesar se Indonesia.. bahkan mungkin sedunia. Menurut kami lebih cocok disebut kawah melihat bentuk dan lebarnya.
Konon menurut cerita tukang ojek yang menjadi pemandu kami, barang siapa yang mampu melempar batu ke tengahnya, maka permintaanya akan dikabulkan.. (oh ya.. @_@.. Allah.. dimanakah diriMu, hingga masih percaya sama sumur.. Astaghfirullah).
Bahkan ada yang menjual batunya loh.. seribu untuk 3 batu.. hehehehe..
Yang mencengangkan, harga air di sumur ini dihargai jutaan rupiah loh.. tapi dengan syarat pengambilan langsung tidak boleh pakai timba atau tali.. segitunya manusia kalau sudah ada keyakinan...
Harga tiket masuknya Rp. 3.000/orang.
Sewaktu kami pulang kami melewati satu gerbang desa, desa yang hilang.. sekitar 149 warganya meninggal dunia ketika tragedi Kawah Sinila terjadi pada tahun 1979. Mereka meninggal dunia karena menghisap gas beracun, karena kawah Sinila meledak..
09.00… area berikutnya adalah Kawah Candradimuka atau kawahnya Gatot Kaca
Perjalanan ke kawah ini cukup menguras tenaga, karena jalanannya yang berbatuan kasar membuat motor sulit sekali melewati tempat ini. Setengah jalan terpaksa dilaui dengan jalan kaki... betis ini kalau bisa ngomong pasti sudah teriak-teriak protes, tiga hari diajak jalan terus
Tapi letihnya jalan kaki tidak berasa lagi ketika melihat kawah yang kueren banget.. bergejolak dan nyemburin uap belerang panas.. wuiih..
Ditempat inilah konon si Gatot kaca bersemedi, makanya dijukuki Kawah Sandradimuka.. (kaya apa ya tampangnya Gatot Kaca.. hehehehe)
Selesai dari kawah ini, kami diantarkan ke sebuah danau… entah apa namanya.. kemudian dilanjutkan ke Kawah Sikidang.
Kawasan ini ramai sekali dikunjungi dipenuhi turis domestic. Kawasan ini lumayan luas, yang terdiri dari dataran luas batu belerang, dan ditengahnya kita bisa menyaksikan kawah yang meluap-luap.
Air kawah yang berwarna abu-abu bergejolak dan meluap-luap seperti melompat-lompat dari lubang kawah.
Sayangnya tempat ini belum dikelola secara maksimal.. kalau ada pemandian air panas di sini, pasti lebih ramai dan menarik. Di sana juga terdapat pasar yang menjual oleh-oleh khas Dieng seperti Keripik Jamur, Keripik Kentang, Kacang Dieng, Purwaceng dan sirup/manisan carica (pepaya kecil khas Dieng). Semuanya hanya ada di Dieng loh.. rasanya juga unik dan khas..
11. 30… Puas berkeliling kawah, kami diantar ke DPT atau Dieng Plateu Teathre.
Ini merupakan tempat pemutaran Film documenter yang menceritakan tentang DIENG. Dari Film ini juga kami tahu lebih jelasnya tentang tragedy Kawah Sinila yang memakan korban 149 jiwa, dan anak-anak Gembel/ Gimbal.. dimana anak-anak satu kampung itu selalu berambut dempet atau gimbal setelah berumur satu tahun. Konon karena panas tinggi yang mereka derita. Rambut anak-anak itu baru bisa dipotong apabila sudah ada keinginan dari mereka, itu pun dengan syarat semua keinginan anak harus terpenuhi.. wew. Kalau anak itu baru minta potong setelah besar dan minta motor atau mobil gimana ya orang tuanya…
Dieng juga merupakan wilayah yang melimpah akan panas bumi, sehingga dimanfaatkan sebagai pembangkit listrik. Sehingga tidak heran kalau kita akan menemukan pipa-pipa besar sepanjang jalan.
Dieng juga merupakan penghasil kentang terbesar, makanya banyak yang menjajakan keripik kentang atau kentang goreng di sini.
12.10… kami kembali ke warung si ibu untuk beristirahat dan beres-beres.. selesai sudah petualangan kami di Dieng ini… masih banyak sekali tempat yang belum kami datangi, tapi apa daya… tenaga dan waktu yang terbatas..
Dataran Tinggi Dieng atau Dieng Plateu merupakan kawasan yang unik dan menyimpan berjuta pesona.. makanya tidak heran kalau dijuluki tempat bersemayannya para dewa.. sungguh tak puas kalau hanya berkeliling dua hari. Mudah-mudahan akan ada kesempatan lain kami bisa ke sana lagi..
16.00… siap berangkat kembali ke Jakarta… pamitan dengan orang-orang sekitar yang sudah direpotkan, si Ibu Warung, juga pemilik Warung yang kami acak-acak dapurnya, si Pak Suwignyo dan Bapak dari Lembang yang turut menemani kami..
17.15… Jiaaah Sinarjaya terakhir hampir saja jalan.. Alhamdulillah masih keburu,, walau harus ke Pulogadung .. terminal yang paling bikin mules..
Apalagi yaaa petualangan berikutnya… wahahaha.. hidup ini indah kawan.. mari kita nikmati…
Keren Nung...
BalasHapusAku tak pernah tau, mengapa harus mendaki.
aku tidak pernah bisa menjawab, saat orang bertanya, apasi enaknya naik gunung..??
Yang aku tau,
Gunung2 itu memberikan hari2 yang berbeda, memberikan hari2 yang tidak biasa..memgajariku untuk terus berjalan ke arah tujuan..megajariku untuk teruz berjuang meraih tujuan..mengajari tentang kesabaran..menunjukan padaku tentang semangat yang tidak boleh padam..memberiku kesempatan untuk dekat dengan langit..
Aku tak pernah bisa menjawab, ketika banyak orang bertanya..kenapa harus naik gunung klw akhirnya turun lagi.....????"
aku setuju dengan diaku ren... aku juga bingung dan sulit menjelaskan kalau ada yang bertanya tanpa pernah mencoba...
BalasHapusaku cuma ingin naik terus sampai kaki tak kuat lagi berjalan, samapai punggung tak kuat lagi menggendong carrier...
ku tak butuh mereka tahu dan mengerti... yang penting bagaimana jiwa ini bisa selalu bersyukur...
hidup PENDAKI..