Berita akhir – akhir ini dipenuhi dengan berita kecelakaan
putra Hatta Rajasa yang merenggut dua nyawa..
Tanpa maksud membela pihak manapun,
Nyawa memang mutlak kepunyaanNya. Kapan pun Dia mau mengambilnya maka
terlepaslah dari raga. Membuat teringat kembali beberapa hari lalu menjelang
keberangkatanku menuju Cirebon
Jumat lalu, pekan terakhir di 2012, begitu padatnya
aktivitas.. dari kerja, kondangan teman
dekat, hingga menservis laptop harus bisa terkejar semuanya.. terjebak pula
kemacetan parah cakung – T.priok yang membuat ku menyesali karena carrier tak
kubawa langsung ke kantor pagi itu.
Tergesa – gesa menelepon Ojek dan cek – cek barang kembali
serta berharap Allah melipatgandakan kesabaran Yunai yang selalu tepat waktu.
Bukan kali ini Ojek menjadi tumpuan transportasi buat aku
yang tak sabar menghadapi kemacetan dengan angkot, tapi baru kali ini carrier
kesayangan Yunai yang spesial ku pinjam kuserahkan ke mamang Ojek sementara aku
mencium tangan Ibuku.
Dan tragedi itu pun terjadi…
Entah bagaimana si mamang Ojek memutar motornya, begitu saja
Carrier itu meluncur ke Got tetangga dan langsung tenggelam karena beratnya..
Panik.. mencoba membersihkan dengan air namun tak cukup.
Dengan cepat mengotori semuaya.
Setelah upaya membersihkan dengan cepat gagal, terpaksa
kembali memakai Rucki mungilku yang tentu saja tak cukup menampung semuanya..
Lebih dari sejam waktu terbuang untuk mengganti semua kantung plastik, tas dan membersihkan diri yang turut
berlumpur. >,<
Singkat cerita..
Pukul 10 malam baru tiba di Pulo Gadung, 2 jam Yunai dengan
setia menantiku. Sobatku ini memang teruji kesabarannya.
Bus AC terakhir baru saja jalan, dan yang tersisa tinggal
bus Ekonomi seadanya.
Macet panjang dan panasnya bus yang super penuh membuat hari
itu semakin keki berasa.
Berjam – jam. Bangun tidur bangun masih di tempat yang sama
itu rasanya seperti menelan kacang beserta kulitnya.. huft.. magel di
tenggorokan.
Dan taraaaa… terlihatlah pada akhirnya sumber kemacetan
panjang tersebut. Bus AC jurusan Kuningan yang supirnya sempat kusapa ketika
memasuki terminal, bertabrakan dengan mobil dari arah lawan. Tak tahu pasti ada
korban jiwa atau tidak, tapi yang jelas kami tidak jadi menjadi bagiannya
karena insiden yang mengesalkan beberapa jam sebelumnya. Entah bagaimana
kelanjutan cerita hari itu bila kami berada di dalamnya. Syukur langsung
kupanjatkan
Dan hari itu,
Aku tersadar bahwa hampir tidak ada yang kebetulan begitu
saja. Setiap jalan cerita ada skenario di belakangnya yang kita tidak ketahui.
Memang aku salah tak bisa organisir waktu dengan baik, dan
si mamang Ojek pun bisa begitu cerobohnya tanpa perhitungan, namun aku menjadi
semakin yakin Allah punya skenario terbaik untuk hamba – hambaNya, dan satu
sisi lain malam itu, walau merasa bersalah membuat ibuku turut lelah tapi aku
bahagia karena ibuku tahu apa yang kubawa, kemana langkahku hari itu dan
mengizinkannya dengan sepenuh hati.. aah ich liebe dich sehr Ema’
Teringat Frank, tamu Jerman yang menarik bibirnya membentuk
senyuman untuk mengingatkan aku agar tetap tersenyum ketika jidatku mulai
berkerut karena ada hal yang tak sesuai dengan rencana ketika kami ngetrip ke
Krakatau bersama dua bulan lalu.
Yeaaah.. walau tak
selalu bisa tersenyum 3 jari, tapi kita harus bisa bersikap tenang dan
tersenyum bukan.
Dan pagi ini..
Aku harus minta maaf sama si mamang untuk sikapku malam itu
yang mungkin tidak terkontrol.
Noenk noenk.. harus lebih sabar yaa.. puk puk
Tidak ada komentar:
Posting Komentar