“ Mimi… Jamal… Assalamualaikum! Buka pintu donk!” Teriak Florian riang.
“ Walaikumsalam.. sabar bentar!” Sahut Mimi yang datang tergopoh-gopoh dengan perut buncitnya., “Wuits.. siapa nih pagi-pagi dah namu? Dekil banget lagi! Ke Semeru lagi Flo?”
Mimi menatap sahabatnya lekat-lekat. Kepalanya dipenuhi banyak pertanyaan mengenai kelakuan Florian yang menurutnya sudah diambang batas logikanya. Dia begitu mengkhawatirkannya.
“ Masya Allah, mo sampai kapan kamu terus begini Flo? menunggu sesuatu yang ngga jelas, abstrak? Cowo model begitu kok masih aja diharap, heran aku! Emang hati kamu terbuat dari apa sih bu? Engga sakit apa dia ngelakuin kamu kaya gitu? Udah tujuh tahun Flo! Belum tentu kaulnya dia ke semeru di tanggal itu kesampaian!” Omel Mimi
Mendengar keributan di luar, Jamal segera keluar melerai.
“ Ngomelnya entar dulu bun, suruh dia istirahat dulu.” Ujar Jamal. “ Istirahat di dalam gih Flo! Mandi dulu, terus makan… Mimi habis masak soto kesukaan kamu tuh. Dia udah ngeduga kamu bakal ke sini, seperti tahun-tahun sebelumnya.”
Melihat keriangan Florian yang tidak seperti biasanya, keduanya bertatapan penuh tanda tanya.
“ Ya Allah… Ada apa dengan nih anak ya? Ceria banget, ngga seperti sebelum-sebelumnya. Mudah-mudahan ada kabar baik!” harap Mimi. Perasaannya sedikit membaik melihat keriangan sahabatnya itu.
“ Iya sih. Cuma aku khawatir banget mas! Udah tujuh tahun dia begini terus. Padahal orang yang dinantinya, didoainnya sepanjang waktu tak pernah tahu. Kalaupun tahu juga aku yakin dia tidak perduli.” Ujar Mimi berkaca-kaca.
Aku ingin menjadi setitik awan kecil di langit, bersama mentari… biar pun ku sendiri tapi aku masih ada, masih ada cinta di hati. Terdengar Florian bernyanyi riang di dalam kamar.
***
“ Ya Allah… Kumohon selalu jaga hati mereka. Limpahi mereka dengan kasih sayangMu. Begitupun dengan Satrio ya Allah… jangan biarkan dia kembali ke dalam kegelapan. Selalu limpahi cinta di hati dia dan istrinya.” Doanya tulus
“ Wangi bener neh sotonya, yakin deh pasti rasanya maknyus.”
“ Iya deh… Koki hutan. Siapapun yang kenal Mimi, sang pendekar gunung pasti tahu juga kehebatan masakannya.” Puji Flo yang langsung menyantap Soto hangatnya.
“ Bahagia bener neh yang baru turun gunung!” Sindir Jamal
“ Cowo ganteng? Engga tahu dehw, banyak sih cowo di sana, tapi engga ada yang istimewa ah tampangnya. Lagian boro-boro merhatiin mereka, bawa carrier aja rasanya kok makin berat aja. Faktor u kali ya?”
“ yaa.. mulai deh! Salah ngomong nih aku! Mang kenapa kalo aku bulan depan ultah?” Florian menatap Jamal.
Khawatir Florian kehilangan nafsu makannya, Mimi mencoba mengalihkan pembicaraan.
“ Kalo Nazihah gimana? Kalo ngga salah artinya yang terlindungi dan terjaga dari hal-hal yang buruk.”
“ yaaa… ada-ada aja deh mikirnya. Dibiasain dari kecil dipanggil Nazihah jangan disingkat-singkat. Jadi akan banyak orang yang ngedoain dia dengan memanggil namanya lengkap. Kalo engga suka ya udah, nanti aku cari yang lain. Tanggal berapa perkiraan dokter?“
“ Wah senangnya… samaan donk ultahnya ma aku. Jangan-jangan kalian tuh ngefans ya sama aku, sampai buat anak aja direncanain lahirnya hahahahaha…”
Begitu Florian selesai makan, dengan hati-hati Mimi melanjutkan kembali percakapan sebelumnya. Dia merasa sudah waktunya Florian berhenti memikirkan mantan kekasihnya yang menurutnya tidak tidak tahu bersyukur itu.
“ Udah lama nih ngga lihat tante Flo makan kaya tadi, coba kalo tiap hari kaya gitu, ngga cungkring lagi deh tante… Apalagi kalo udah pulang dari Semeru, biasanya nih tante cuma tiduran doang di kamar. Seneng deh ngelihat tante Flo kaya gini.” Canda Mimi
“ Sang kodok kawin, udah ketemu betinanya.” Jawab Florian santai sembari menghirup kopinya dalam-dalam.
“ iya… Kupu-Kupu itu udah ketemu bunganya, mudah-mudahan dia tidak akan pernah mencari bunga yang lain.”
“ Satrio Flo?” Tanya Mimi, “ Kamu beneran ketemu dia di sana?
Melihat reaksi Florian yang justru terlihat bahagia, Mimi dan Jamal hanya saling pandang tak mengerti. Mereka tidak mengerti jalan pikiran Florian. Mereka tahu perjalanannya ke Semeru tujuh tahun ini untuk menantikan Satrio, lelaki yang telah mengkhianati dan sangat melukai hatinya. Suatu tindakan yang menurut mereka bodoh dan sia-sia. Tetapi mengapa dia bisa begitu bahagia ketika pria itu justru menikah.
“ Ya tentu saja. Tidak pernah lebih baik dari ini!” Jawab Flo, “ Oh ya, istrinya manis banget loh… tenang ngga petakilan kaya aku, sepertinya sholehah. Bisa aja satrio dapat istri sebagus itu. jadi lega deh!”
“ Ke teras aja yuks! Gerah nih.” Florian melangkah ke luar
“ Maksud?”
“ Tujuan kamu ke Semeru? Kenapa kamu begitu senangnya melihat Satrio dengan istrinya? Bukankah kamu menantikan dia?”
“ Kehilangan itu memang pedih Mi. tapi ternyata lebih pedih begitu melihat kekasih hati kita semakin terpuruk jatuh ke dalam lubang gelap tanpa dasar. Awalnya aku memang sakit hati, sakit luar biasa. Dunia berasa gelap dan menjauh. Bangunan yang sudah dibangun tiba-tiba rubuh di depan mata. Seperti anak kecil yang lagi asyik-asyiknya menikmati manisnya lollipop, tiba-tiba tuh lollipop jatuh ketanah. Nyeseeek banget!”
“ Seperti yang kau tahu, aku sempat merasa jatuh terpuruk. Naik turun gunung, menjelajahi hutan, nyelem dan berenang di pantai, tapi semua itu tak bisa kunikmati karena aku hanya berlari dan terus berlari dari rasa sakit. Sakit tak sembuh tapi justru kesehatanku menurun drastis, pekerjaanku hancur, emosi meningkat. Depresi terberat yang pernah kurasa. Aaah malu sekali rasanya kalau ku ingat itu semua.” Florian berjalan ke dapur.
“ Udah cukup Flo! Kasihan lambungmu. Maghmu sudah kronis. Emang kamu engga cape apa nembak-nembak melulu karena lambung kamu perih?”
“ Iya makanya kamu semakin sulit tidur, semakin banyak kopi.”
“ Kemudian ibu itu menjelaskan kepadaku tentang kekuatan doa. Allah itu maha pendengar doa dari hamba-hambanya. Setiap ucapan kasar, sumpah serapah bisa jadi dikabulkan oleh Allah. Kalau semua ucapan kasar yang tadi kami dengar dikabulkan, bagaimana dengan nasib anak itu. Padahal kita tidak tahu apa yang terjadi dan menyebabkan anak itu berperilaku seperti itu. Bisa jadi dunia itu terlalu keras untuknya sehingga dia pun terbentuk menjadi keras. Atau mungkin saja banyak kemalangan hidup yang membuatnya ingin berlari sehingga dia melarikan diri dalam minuman. Dan banyak alasan lain yang ibu itu ungkapkan kepadaku. Pada intinya menurut si ibu, tidak semua orang mendapatkan keberuntungan dan kemudahan dalam hidup, tidak semua orang mendapatkan hidayah dan petunjuk dari Allah. Oleh karena itu kita yang merasa diri kita itu orang baik, orang bermoral dan orang beragama mengapa justru mencaci mereka yang sedang salah arah itu. Doakanlah mereka supaya diberi petunjuk oleh Allah. Semakin banyak yang mendoakan kebaikan, maka akan ada kebaikan untuk anak tadi. Semakin banyak yang menjadi baik, semakin berkurang pula yang meresahkan masyarakat bukan.” Florian menatap cangkir kopinya yang sudah kosong lagi.
“ Sepanjang perjalanan balik ke Jogja aku terus memikirkan kata-kata ibu itu kepadaku. Apa iya doa bisa merubah orang, apa pria seberengsek Satrio bisa berubah…” Florian menarik napasnya dalam-dalam.
“ Kamu masih menginginkan dia?” Jamal datang membawakan donat coklat kegemarannya.
“ Aaah… Selama dia bersamaku dia tidak berubah. Jadi memang aku bukan yang terbaik untuk dia. Aku menginginkan dia mendapat yang lebih baik dari aku.” Mata Florian berkaca-kaca
“ Mahameru? 15 Oktober?” tanya Jamal.
“ loh katanya kamu engga ingin dia lagi?” tanya Mimi heran
Jamal dan Mimi menggelengkan kepala tidak mengerti.
“ Dulu banget Satrio pernah mengatakan kepadaku, jika dia hanya ingin ke Semeru bila dia sudah menikah. Dia ingin merayakan ulang tahunnya di sana bersama istrinya. Jadi mungkin jika doaku dikabukan, dia bertemu wanita yang bisa meluluhkan hatinya dan mereka menikah, dia akan melaksanakan niatnya. Berbulan madu di Semeru.” Florian tersenyum
“ Aku bertemu mereka di sana. Doaku terkabul Mi. Tujuh tahun penantianku, Allah mengabulkannya. Hmm.. aku benar-benar menyukai angka tujuh.”
Florian tersenyum cerah, “ aku bahagia. Sangat bahagia hingga rasanya berasa ringan sekali tubuh ini.”
“ Engga! Jika harus menunggu hingga sepuluh tahun pun aku rela, jika doaku benar-benar dikabul seperti ini. Jika rasa bahagianya seperti ini. Jika melihat senyumannya sudah beda. Sekarang dia terlihat jauh lebih tenang dan dewasa loh Mi! lebih ganteng hehehe” Florian asyik menikmati donat coklatnya tanpa memperdulikan ekspresi heran Mimi dan Jamal.
Florian hanya terdiam mematung, memikirkan perkataan sahabatnya. Dahulu dia yang begitu semangat merencanakan masa tuanya. Dia yang begitu menginginkan mempunyai keluarga besar, keluarga yang dipenuhi canda tawa dan kenakalan anak-anak. Kini semuanya sudah berubah. Dia tidak lagi ingin memipikan itu semua. Mimpi-mimpi itu hanya membuatnya sakit.
Mimi menyandarkan tubuhnya ke dada suaminya. Dia turut merasakan kelelahan yang dirasakan Florian. Dahulu dia pun pernah merasakan luka hati yang sangat parah, hingga dia terus berlari dan berlari hingga semakin tersesat dan hilang arah. Di saat itulah dia bertemu teman-teman yang mengenalkannya pada satu cinta yang lain, cinta pada alam, yang mengantarkannya pada satu cinta sejati, cinta pada sang Khalik.
“ Aku juga heran. Tidak ada yang istimewa dari dirinya. Dia hanya manusia yang tidak puas dan lupa bersyukur atas apa yang dia punya.”
“ Harusnya bersyukur, tidak semua orang seberuntung itu. Apalagi yang mendoakan dia itu salah satu yang pernah dia sakiti hatinya. Ya sudahlah mas, toh dia sudah menikah. Mudah-mudahan dia benar-benar sudah berubah seperti yang Flo certain barusan. Ngomong-ngomong, nama yang Flo kasih tadi bagus juga ya mas.”
***
“ Masya Allah… sudah lama sekali aku tidak bercermin. Pantas saja banyak yang bilang aku berubah, aku sendiri pun tidak begitu paham siapa diriku yang sekarang.”
“ Flo… Flo… Ya Allah ampuni gadis ini.” Gumam Florian.
“ Ya Allah… izinkan aku mengepakkan sayapku bebas kemanapun aku ingin, tapi jangan biarkan aku tersesat dalam gelap dan kebodohan. Jangan biarkan aku menjadi pelari, tapi tolong bimbing aku untuk menjadi pendaki yang tangguh, yang sanggup melewati seterjal apapun medan yang kulalui. Ya Allah… aku ikhlas… aku ikhlas… aku iklaskan dia. Tolong sayangi, jaga dan lindungilah dia selalu.”
“ Assalamualaikum sayang!” suara lembut menyapanya.
“ Walaikumsalam Ma.”
Mendengar suara lembut ibunya, Florian menahan dirinya untuk tidak menangis. Selama ini dia sibuk dengan perasaannya sendiri tanpa memperdulikan keluarganya. Dia terpuruk dalam lukanya sendiri hingga dia tidak menyadari jika dia justru mengukir luka di hati ibu dan ayahnya.
“ Maafin aku ya Ma! Maafin untuk semuanya. Aku ada di rumah Mimi, besok baru pulang. Aku sayang Ma dan Bapak. Maafin aku ya Ma.” Bulir-bulir meluncur di pipinya.
“ Walaikumsalam.”
“ Assalamualaikum!” Sapa Florian riang. “ Sehat semuanya kan?”
“ Bagaimana penjualan kita seminggu ini Uni?”
“ Alhamdulillah. Tapi setiap unitnya jangan dibuat banyak ya Ni! Dibuat terbatas biar engga pasaran dan tetap unik.”
“ Ya udah dibuatin janji saja! Uni ada janji tidak hari ini?’
“ Nyalon yuks nanti sore!’
“ Tidak… temani aku berseneng-senang ala perempuan ya!. Nyalon, nonton, makan.”
“ Iya deh… Kita naik taxi aja. Sekali-kali mah engga apa-apa kan.. oh ya! Mulai ajarin si Tina untuk handle butik! Kemarin saya sudai survey ke Cikarang, di sana masih jarang butik muslimah. Jadi kalau dia sudah siap dia yang akan pegang cabang di sana. Saya ke dalam dulu ya Uni. Banyak ide muncul waktu di kerete kemarin, tapi sayangnya engga bawa kertas. Mudah-mudahan masih bisa dikeluarin. Jadi kalo engga terlalu penting, jangan ada yang hubungi saya dulu ya Uni! Thanks!” Florian segera menuju ruang kerjanya.
“ Sip!”
“ hmm… kenapa semua jadi terlihat suram ya? Sepertinya aku butuh perubahan suasana. Warna tembok dan tata letaknya harus di ubah nih!”
“ Ya Uni?
“ Malam ini? Besok siang aja gimana? Pengin ngerileksin badan nih…!”
“ Ok deh! Mau ketemu di mana? Lelaki ya? Kupikir perempuan. Kalau gitu Uni pergi denganku ya!”
“ Ok. Thanks.
Setengah tujuh malam Florian dan Jingga meluncur menuju Setiabudi dengan scorpionya. Sesekali Jingga mencubit pinggang Florian apabila gadis itu mengemudi terlalu cepat.
“ Aduh de… jangan ngebut-ngebut kenapa sih! Sebentar lagi juga sampai.”
Jantung Florian berdebar-debar kencang tidak seperti biasanya. Dari siang tadi, Florian mencoba mengingat-ingat nama Banyu. Nama itu seperti tidak asing baginya, tapi dia tidak jua dapat mengingatnya.
“ Ah… mungkin hanya perasaanku saja.” Gumam Florian
“ Engga… tiba-tiba perasaanku kok engga karuan ya Ni. Waktu ngadepin client pertama saja engga begini. Nama Banyu itu seperti pernah kudengar, tetapi aku lupa siapa. Kira-kira orangnya seperti apa ya Ni?”
Tepat pukul tujuh malam Florian tiba di café yang dituju. Tampak seseorang sudah berada di meja yang sudah di pesannya. Jantung Florian semakin berdebar kencang.
” Walaikumsalam Florian.” Pria itu menoleh
Florian terduduk lemas di kursinya menatap pria yang tersenyum manis itu. Pria itu ternyata Banyu, teman dari Sendi, pria yang dikenalnya di kereta ketika Florian berangkat menuju Semeru. Pria itu juga yang membangunkannya ketika Florian tertidur di puncak Mahameru, dan yang memberinya sapu tangan untuk menghapus air matanya.
Tamat.
Mantep bu...."bilangin si Flo..bikin kupinye biar rade kentelan.."
BalasHapushahahaha... siip
BalasHapuskembangin lagi yah frau. manteb nih masih deg deg an hehe :) selphine
BalasHapus